KONSEP MOTIVASI, MINAT DAN BAKAT DALAM
PEMBELAJARAN
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Ani Hidayati, M.Pd.
Disusun Oleh :
Rahma
Komala Prihantika (133111040)
Imam Mughnil Anam
(133311019)
Bidhayatul Hidayah (133311033)
M.
Adib Af’al
(133311034)
Irrodhatus Salamah (133311035)
Durrotun Nafisah (133311036)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Lembaga
Pendidikan dalam era multikultural sekarang ini, tentu memiliki peserta didik
dari berbagai kalangan dengan bakat dan minat yang berbeda satu sama lain.
Keadaan ini secara tidak langsung telah mendorong lembaga pendidikan memiliki respon
yang baik terhadap peserta didik yang ada. Lembaga pendidikan dituntut mampu
mengadopsi seluruh kebutuhan peserta didik dengan latar belakang bakat dan
minat yang berbeda.
Untuk
menjawab tantangan tersebut, lembaga pendidikan semestinya memiliki kebijakan
yang berpihak kepada peserta didik, terutama dalam mengembangkan bakat yang
mereka bawa dan minat yang perlu dikemas. Upaya tersebut, salah satunya dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran sebagai media utama pengembangan bakat dan minat.
Dalam
proses pembelajaran, guru sebagai fasilitator semestinya memiliki kepekaan yang
kuat pada bakat dan minat peserta didiknya. Dengan mengetahui bakat dan minat
peserta didik sebenarnya guru telah menemukan salah satu faktor yang dapat
mendorong peserta didik tersebut sampai pada tujuan belajarnya.
Dalam makalah
ini akan diuraikan mengenai bakat dan minat peserta didik, sebagai salah satu
karakteristik peserta didik dalam sebuah lembaga pendidikan, yang dapat
dikembangkan dan dikemas sedemikian rupa oleh lembaga pendidikan dalam upaya
mengantarkan peserta didik pada kompetensi yang sesuai dengan bakat dan
minatnya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian dan konsep motivasi?
B. Apa pengertian minat?
C. Bagaimana cara menumbuhkan minat dalam belajar?
D. Apa pengertian bakat?
E. Bagaimana cara meningkatkan bakat?
F. Bagaimana konsep antara motivasi, minat, dan bakat dalam belajar?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian motivasi
Istilah motivasi baru digunakan sejak awal abad ke-20. Selama beratus-ratus
tahun, manusia dipandang sebagai mahluk rasional dan intelektual yang memilih
tujuan dan menentukan sederet perbuatan secara bebas. Nalarlah yang menentukan
apa yang dilakukan manusia. Manusia bebas untuk memilih, dengan pilihan yang
ada baik atau buruk, tergantung pada intelegensi dan pendidikan individu, oleh
karenanya manusia bertanggung jawab penuh terhadap setiap perilakunya.
Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama pakar
filsafat, bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal, akan
tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan diluar kontrol manusia.
Sehingga lahirlah sebuah pendapat, bahwa manusia disamping sebagai mahluk
rasionalistik, ia juga sebagai mahluk yang mekanistik, yaitu mahluk yang
digerakkan oleh sesuatu diluar nalar yang biasanya disebut naluri atau insting.
Sehubungan dengan itu, dalam mendefinisikan konsep motivasi ini terdapat
kesulitan, karena motivasi masih merupakan suatu konsep yang masih
kontroversial. Konsep motivasi semakin sulit didefinisikan, ketika dalam
pembahasan psikologi terdapat istilah motif yang dalam penggunaannya terkadang
berbeda dalam istilah motivasi. Dan kadang-kadang motif dan motivasi itu
digunakan secara bersamaan dan dalam makna yang sama, hal ini disebabkan karena
pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas.
Motif juga bisa disebut sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang
mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan
tertentu. Motif dapat berupa kebutuhan dan cita-cita. Motif ini merupakan tahap
awal dari proses motivasi, sehingga motif baru merupakan suatu kondisi intern
atau disposisi (kesiapsiagaan). Dengan demikian, motif dapat juga dikatakan
sebagai keadaan diri individu yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu
guna mencapai suatu tujuan yang ditentukan sendiri.
Motif terbagi menjadi 3 jenis:
1. Motif biologis adalah dorongan-dorongan yang berada dalam diri individu
untuk memenuhi keseimbangan biologis.
2. Motif sosiologis adalah dimaksudkan sebagai motif seseorang agar dapat
diterima dan berhubungan dengan orang lain (mampu bersosialisasi)
3. Motif pertumbuhan adalah motif yang terkait dengan dasar-dasar pengarahan
perilaku untuk meraih keterampilan dan pengetahuan bagi pengembangan potensi
individualnya. [1]
Sartain menggunakan kata motivasi dan drive untuk pengertian yang sama. Ia
mengatakan: pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan
yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap
suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan (goal) adalah yang
menentukan atau membatasi tingkah laku organisme itu. jika kita tekankan ialah
faktanya atau objeknya, yang menarik organisme itu, maka kita pergunakan
istilah “perangsang” (incentive).[2]
Apabila suatu kebutuhan
dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif dan daya penggerak menjadi aktif.
Motif yang telah menjadi aktif inilah yang disebut sebagai motivasi. Maka
motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah
laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut M. Utsman Najati, motivasi
adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada mahluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
Motivasi meiliki tiga komponen pokok yaitu:
a. Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal
ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
b. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan
orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
c. Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku,
lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.[3]
B. Pengertian minat
Minat
selama ini hanya dikenal dengan sebuah keinginan yang dimiliki oleh seseorang,
sehingga antara satu dengan yang lain mempunyai perbedaan dalam keinginannya.
Terlepas dari anggapan tersebut, minat siswa belajar merupakan bagian penting
yang perlu dikaji dalam sebuah lembaga atau sekolah, karena tidak ada sekolah
tanpa proses pembelajaran, sehingga minat siswa belajar adalah kunci
tercapainya visi dan misi sekolah.
Minat
mempunyai peranan penting bila dikaitkan dalam lembaga dan kurikulum
pembelajarannya, karena minat mempunyai kecenderungan pada siswa untuk aktif
dan respon terhadap sasarannya. Apabila sebuah kurikulum pembelajaran sekolah
sudah tidak diminati, maka siswa akan cenderung pasif dan tidak
memperdulikan segala usaha yang telah dilakukan oleh sekolah tersebut,
sebalikanya jika kurikulum yang dilaksanakan diminati oleh siswa, maka siswa
akan cenderung melakukan kegiatan yang berguna dan berjalan sesuai apa yang
diharapkan oleh sekolah.
Minat
secara bahasa diartikan dengan kesukaan, kecenderungan hati terhadap suatu
keinginan. Sedangkan arti minat menurut istilah diartikan oleh sebagian tokoh
sebagai berikut : Menurut Slamito, minat adalah suatu perasaan
cenderung lebih cenderung atau suka kepada sesuatu hak atau aktifitas tanpa ada
yang menyurut. Menurut Mahfud Shalahuddin,
mengemukakan minat secara sederhana, minat adalah perhatian yang mengandung
unsur- unsur perasaan. Andi Mappiare berpendapat bahwa, minat adalah
suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan,
pendirian, prasangka takut atau kecenderungan- kecenderungan lain yang
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Dari
pemaparan mengenai definisi-definisi minat diatas dapat disimpulkan bahwa,
minat adalah gejala psikis yang muncul dalam diri seseorang dan direalisasikan
dengan perasaan senang dan menimbulkan perhatian yang khusus terhadap sasaran,
sehingga seseorang cenderung berupaya untuk mencapai sasaran tersebut. Jadi
untuk melihat reaksi dari gejala psikis tersebut dapat di pastikan dari
sikap, prilaku, atau motivasi yang dimiliki oleh seseorang dalam beraktifitas.
C. Cara menumbuhkan minat dalam belajar
Minat
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik, karena itu guru berkewajiban
untuk menumbuhkan minat belajar siswanya. Yang dapat dilakukan guru adalah
sebagai berikut:
1. Memahami kebutuhan anak didik dan berupaya
melayani kebutuhan mereka.
2. Jangan memaksa anak didik untuk tunduk pada
kemauan guru.
3. Memberikan
informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang
akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu.
4. Menjelaskan kegunaan materi
pelajaran untuk masa yang akan datang.
5.
Menghubungkan materi pelajaran dengan peristiwa yang kontektual
Minat yang muncul dalam
pikologis siswa merupakan sebuah gejala, sehingga munculnya minat tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor tersebut
diantaraya: faktor
individu dan sosial.
1. Faktor individu
Merupakan
pengaruh yang muncul dalam diri siswa secara alami, misalnya diakibatkan karena
; kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan sifat pribadi. Setiap
individu mempunyai tingkat kematangan serta kecerdasan yang berbeda sehingga
minat yang muncul juga tidak sama antara individu satu dengan yang lain.
Misalnya, seseorang yang mempunyai kecerdasan dibidang mata pelajaran ekonomi
maka akan cenderung melakukan aktifitas dibidang kerja atau koperasi.
Sebaliknya sesorang yang mempunyai kecerdasan dibidang perikanan maka akan
cenderung melakukan aktivitas di sawah atau tambak.
2. Faktor sosial
Merupakan pengaruh yang muncul diluar individu,
misalnya diakibatkan karena kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan dan
motivasi sosial. Minat yang dipengaruhi oleh faktor sosial misalnya; ketika
siswa hidup dalam masyarakat yang kesehariannya bersentuhan dengan padi
(mayoritas petani padi), maka siswa cenderung ingin tahu dan mengenal kegiatan
tersebut karena merasa menjadi bagian darinya, sebaliknya jika kesehariannya
bersentuhan dengan ikan (mayoritar pekerja tambak), maka siswa cenderung ingin
tahu dan mengenal lebih dalam mengenai perikanan.
Jadi, Peran
minat sangat besar jika dikaitkan dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dengan
adanya minat siswa untuk belajar, proses pembelajaran akan dapat efektif. Jika
murid telah berminat dalam kegiatan belajar mengajar, maka hampir dapat
dipastikan proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan hasil belajar
juga optimal.[4]
D. Pengertian bakat
Menurut warren dalam bukunya yang berjudul “dictionaryn of psychology”,
bahwa “bakat (aptitude) dapat di definisikan sebagai suatu kondisi atau
disposisi-disposisi tertentu yang menggejala pada kecakapan seseorang untuk
memperoleh dengan melalui latihan satu atau beberapa pengetahuan keahlian atau
suatu respon seperti kecakapan untuk berbahasa, musik dan sebagainya”. (Blum
and Balinsky, 1971, hlm. 174).
Menurut Crow and Crow dalam bukunya “general psychology”, bahwa : “bakat
(aptitude) adalah suatu kualitas yang nampak pada tingkah laku manusia pada
suatu lapangan keahlian tertentu seperti musik, seni mengarang, kecakapan dalam
matematika, keahlian dalam bidang mesin, atau keahlian-keahlian lainnya”. (Crow
and Crow, 1973, hlm. 129).[5]
Menurut Prof. Dr. Soegarda
Poerbakawatja bakat adalah benih dari suatu sifat yang baru akan tampak nyata
jika ia mendapat kesempatan atau kemungkinan untuk berkembang.[6]
Dari ketiga definisi tersebut di atas, dapat kita
simpulkan bahwa bakat itu adalah merupakan suatu disposisi. Disposisi itu dapat
berkembang tetapi mungkin pula tidak berkembang. Hal ini tergantung kepada
latihan atau pendidikan yang cukup memadai, maka disposisi itu akan berkembang
menjadi suatu kecakapan nyata. Tetapi apabila tidak mendapat latihan atau pendidikan
yang baik maka disposisi yang ada itu tidak akan berkembang sebagaimana
mestinya. Disposisi yang tidak mempunyai kesempatan berkembang ini biasanya
disebut sebagai bakat yang terpendam.
Bakat tersebut mempunyai kualitas tertentu. Pada manusia yang normal
terdapat sejumlah jenis bakat khusus yang berbeda-beda kualitasnya. Ada
kualitas bakat yang rendah dan ada kualitas bakat yang tinggi. Apabila semua jenis bakat yang ada pada seseorang mempunyai kualitas yang
tinggi, maka orang tersebut merupakan orang yang ahli dalam semua bidang.
Sebaliknya apabila semua jenis bakat yang ada pada seseorang berkualitas
rendah, maka orang tersebut akan bodoh dalam segala bidang. [7]
E. Cara meningkatkan bakat
1. Perlu
Keberanian
Keberanian membuat peserta didik mampu menghadapi tantangan atau hambatan, baik
yang bersifat fisik dan psikis maupun kendala-kendala sosial atau yang lainnya.
Keberanian membuat peserta didik mampu melihat jalan keluar berhadapan dengan
berbagai kendala yang ada, dan bukan sebaliknya, membuat peserta didik takut dan melarikan diri secara tidak bertanggung jawab.
2. Perlu
didukung Latihan
Latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan disini bukan saja dari segi
kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang
kelihatan secara fisik.
3. Perlu
didukung Lingkungan
Lingkungan disini tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk manusia,
fasilitas, biaya dan kondisi sosial lainnya., yang turut berperan dalam usaha
pengembangan bakat dan minat.
4. Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan
bakat dan cara mengatasinya.
Disini sekali lagi kita perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala
yang ada, peserta didik kategorikan mana yang mudah diatasi dan mana yang
sulit. Kemudian mulai peserta didik memikirkan jalan keluarnya.[8]
F.
Konsep
motivasi, minat dan bakat dalam belajar
Langkah pertama untuk mengetahui
bakat anak adalah dengan Tes bakat, tes ini bertujuan membantu memberikan
gambaran mengenai kemampuan seseorang di berbagai minatnya di bidang-bidang
tertentu, untuk kemudian merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan
pendidikan atau pekerjaan melelui tes bakat akan diperoleh gambaran mengenai
berbagai bidan kemampuan dan minat seseorang. Setiap orang mempunyai
bakat-bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda.
Guru, orang tua, pembimbing perlu mengenal bakat anak-anaknya sehingga dapat
memberikan pendidikan dan menyediakan pengalaman sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang
tua, guru, atau lingkungan terdekat anak untuk mengembangkan bakat dan minat
adalah:
1.
Sejak
usia dini cermati berbagai kelebihan, keterampilan dan kemampuan yang tampak
menonjol pada anak.
2.
Bantu
anak dalam meyakini dan focus pada kelebihan dirinya.
3.
Kembangkan
konsep diri positif pada anak.
4.
Perkaya
anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan serta pengalaman di berbagai bidang.
5.
Usahakan
berbagai cara untuk meningkatkan minat anak untuk belajar dan menekuni
bidang-bidang yang menjadi kelebihannya.
6.
Tingkatkan
motivasi anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuannya.
7.
Stimulasi
anak untuk meluaskan kemampuannya dari satu bakat ke bakat yang lain.
8.
Berikan
penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.
9.
Sediakan
fasilitas atau sarana untuk mengembangkan bakat anak.
10.
Dukung
anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan
bakatnya.
11.
Jalin
hubungan baik antara orang tua, guru dengan anak. [9]
IV.
KESIMPULAN
Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada mahluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
Motivasi memiliki tiga kompenen pokok yaitu:
a. Menggerakkan
b. Mengarahkan
c. Menopang
Minat
adalah gejala psikis yang muncul dalam diri seseorang dan direalisasikan dengan
perasaan senang dan menimbulkan perhatian yang khusus terhadap sasaran,
sehingga seseorang cenderung berupaya untuk mencapai sasaran tersebut. Jadi
untuk melihat reaksi dari gejala psikis tersebut dapat di pastikan dari sikap, prilaku, atau
motivasi yang dimiliki oleh seseorang dalam beraktifitas. Peran minat sangat
besar jika dikaitkan dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dengan adanya minat
siswa untuk belajar, proses pembelajaran akan dapat efektif.
Bakat
adalah merupakan suatu disposisi. Disposisi itu dapat berkembang tetapi mungkin
pula tidak berkembang. Hal ini tergantung kepada latihan atau pendidikan yang
cukup memadai, maka disposisi itu akan berkembang menjadi suatu kecakapan
nyata. Tetapi apabila tidak mendapat latihan atau pendidikan yang baik maka
disposisi yang ada itu tidak akan berkembang sebagaimana mestinya. Disposisi
yang tidak mempunyai kesempatan berkembang ini biasanya disebut sebagai bakat
yang terpendam.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah yang kami buat. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih
banyak kekurangan dan kelemahan karena keberbatasan pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi. Kami berharap bagi pembaca dapat berkenan memberikan
kritik dan saran yang membangun, demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, amin.
[1]
Abdul Rahman
Shaleh, Psikologi suatu pengantar dalam perspektif islam, Jakarta:
Kencana, 2009, hlm.178-182
[4] http://malinemas.blogspot.com/2012/01/bakat-minat-dan-motivasi-siswa-dalam.html
[6] Mustaqim, Psikologi
Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, 2001, hlm. 140
[8] http://minartirahayu.blogspot.com/2013/03/pengertian-bakat-dan-minat.html
[9] http://forum.upi.edu/index.php?topic=16244.0
DAFTAR
PUSTAKA
Mustaqim. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang. 2001.
Nurkancana,
Wayan. Pemahaman Individu. Surabaya: Usaha Nasional. 1993.
Purwanto, M.Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung:
Penerbit Remadja Karya CV. 1984.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif
Islam. Jakarta: Kencana. 2009.
http://forum.upi.edu/index.php?topic=16244.0
http://malinemas.blogspot.com/2012/01/bakat-minat-dan-motivasi-siswa-dalam.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar