Ketika ku terdiam dalam kegelisahan,
hati ini hanya mengingat kepada satu arah, yaitu kamu,
kamu yang dahulu tak bermakna dalam hidupku,
kau yang dahulu tak mampu berada dalam ruang sedikit pun di hatiku,
namun sekarang kau mampu menempati di seluruh ruang dalam hatiku,
ketika aku menangis tersedu, aku sangat berharap,
engkaulah yang mampu mengobati dan menjadi pelipur lara ku,
aku berharap bisa berada dalam dekapa mu,
yang selama ini tak pernah aku merasakannya,
aku ingin bersandar di bahu mu,
aku ingin engkau yang mengusap air mata ku yang selalu menetes ini,
dulu kau bagaikan buku, buku yang selalu tertutup dan aku pun takut untuk membuka buku itu,
dulu kau bagaikan duri, yang aku takut ketika hanya ingin menyentuhnya,
kini kau bagaikan air untukku, ketika tak ada air aku akan mati,
aku bagaikan seorang penggembala yang kehausan, dan engkau lah penawarnya,
dibalik sifat kerasmu aku tau tersimpan kelembutan mu untukku,
dibalik ketidak perdulian mu terhadap ku, aku tau kau diam-diam memperhatikan ku,
raga ku ini membutuhkan kasih sayang mu,
kasih sayang tulus dari seorang kakak kepada adiknya,
jika dapat ku mengungkapkan rasa sayang ku ini kepada mu,
aku akan berkata bahwa aku sangat menyayangimu,
namun lidah ini terlalu kaku untuk menyatakan perasaan itu,
aku hanya mampu merasakan rasa sayang ku kepadamu,
namun aku tak kuasa dan tak mampu untuk mengungkapkannya,
mas, kamu sekarang ini adalah semangat hidup ku,
kepadamu aku dapat mencurahkan rasa sakit, rasa sedih, kecewa, dan putus asa,
engkau bagaikan air yang menyirami bunga ketika bunga itu layu dan membutuhkan air,
aku sayang mas Ahmad Fauzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar