QASHASHIL QUR’AN
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Tuti Qurrotul Aini, M.Ag
Disusun Oleh :
Irrodatus Salamah (133311035)
Durrotun Nafisah (133311036)
Eny Miftahul Janah (133311037)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan mu’jizat Nabi Muhammad SAW
yang terbesar. Al-Qur’an juga merupakan kitab suci agama Islam dan merupakan
petunjuk serta pedoman hidup manusia. Semua hal telah ada dalam al-Qur’an.
Dalam al-Qur’an banyak dijelaskan berbagai kisah,
yaitu seperti kisah-kisah masa lampau, seperti kisah para Nabi beserta
umat-umatnya dan juga kisah-kisah masa kini, maupun masa yang akan datang.
Kisah dalam al-Qur’an bukan hanya digunakan sekedar sebagai pencerita saja,
tetapi di balik itu semua ada hikmah yang bisa kita ambil dan kita renungi, dan
bisa juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Aturan-aturan, hukum dan kisah-kisah tersebut
serta semuanya terdapat dalam al-Qur’an. kita tidak perlu meragukan al-Qur’an,
karena sudah pasti bahwa al-Qur’an adalah petunjuk dan kitab yang paling
sempurna.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian Qashashil Qur’an?
B.
Bagaimana
macam-macam kisah dalam al-Qur’an?
C.
Bagaimana
kisah dalam al-Qur’an?
D.
Bagaimana
ibrah dari kisah-kisah dalam al-Qur’an?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Qashahil Qur’an
Menurut bahasa kata Qashash jamak dari Qishah, artinya kisah,
cerita, berita, atau keadaan. Sedangkan menurut istilah Qashashil Qur’an ialah
kisah-kisah dalam al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka, serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan
datang.[1]
Qashash adalah mashdar dari qashsha
yang berarti mencari bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Qashash bermakna:
urusan, berita, kabar dan keadaan. Qashash juga berarti berita-berita yang
berurutan.
Qashashil Qur’an ialah kabar-kabar
al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa
dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan
negeri-negeri serta menerangkan bekasan-bekasan dari kaum-kaum purba itu.[2]
Qasas al-Qur’an adalah pemberitaan
Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang
terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Qur’an banyak mengandung
keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan
negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua
keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona. [3]
B.
Macam-macam kisah dalam al-Qur’an
Di dalam al-Qur’an banyak dikisahkan beberapa peristiwa yang pernah
terjadi dalam sejarah. Dari al-Qur’an dapat diketahui beberapa kisah yang
pernah dialami orang-orang jauh sebelum kita sejak Nabi Adam; seperti kisah
para Nabi dan kaumnya. Kisah orang-orang Yahudi, Nasrani, Sabi’in, Majuzi dan
lain sebagainya.
Dalam buku Ulumul Qur’an II karangan
Drs. H. Ahmad Syadali M.A dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, bahwa Kisah-kisah dalam
al-Qur’an dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1.
Dari
segi waktu
Ditinjau
dari segi waktu kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu:
a.
Kisah
hal gaib yang terjadi pada masa lalu
Contohnya:
1)
Kisah
tentang dialog Malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah bumi
sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S. Al-Baqarah: 30-34).
2)
Kisah
tentang penciptaan alam semesta sebagaimana terdapat dalam (Q.S. al-Furqan:59,
Qaf: 38).
3)
Kisah
tentang penciptaan Nabi Adam dan kehidupannya ketika di surge sebagaimana
terdapat dalam (Q.S. al-A’raf: 11-25).
b.
Kisah
hal gaib yang terjadi pada masa kini, contohnya:
1)
Kisah
tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar seperti
diungkapkan dalam (Q.S. al-Qadar: 1-5).
2)
Kisah
tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin, atau iblis seperti
diungkapkan dalam (Q.S. al-A’raf 13-14).
c.
Kisah
hal gaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang , contohnya:
1)
Kisah
tentang akan datangnya hari kiamat seperti dijelaskan dalam al-Qur’an
surat al-Qari’ah, surat az-Zalzalah dan
lainnya.
2)
Kisah
tentang Abu Lahab kelak di akhirat
seperti diungkapkan dalam al-Qur’an
surat al-Lahab
3)
Kisah
tentang kehidupan orang-orang di surga dan orang-orang yang hidup di dalam
neraka seperti diungkapkan dalam al-Qur’an surat al-Gasyiah dan lainnya
2.
Dari
segi materi
Ditinjau dari segi materi, kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga,
yaitu:
a.
Kisah-kisah
para Nabi seperti:
1)
Kisah
Nabi Adam (Q.S. Al-Baqarah: 30-39, al-A’raf: 11, dan lainnya)
2)
Kisah
Nabi Nuh (Q.S. Hud: 25-49)
3)
Kisah
Nabi Hud (Q.S. al-A’raf: 65,72,50,58)
4)
Kisah
Nabi Idris (Q.S. Maryam: 56-57, al-Anbiya: 85-86)
5)
Kisah
Nabi Yunus (Q.S. Yunus:98, al-An’am: 86-87), dan lain sebagainya.
b.
Kisah
tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau yang tidak dapat
dipastikan kenabiannya.
Contohnya:
1)
Kisah
tentang Luqman (Q.S. Luqman: 12-13)
2)
Kisah
tentang Dzul Qarnain (Q.S. al-Kahfi: 83-98)
3)
Kisah
tentang Ashbabul Kahfi (Q.S. al-Kahfi: 9-26)
4)
Kisah
tentang Thalut dan Jalut (Q.S. al-Baqarah: 246-251)
5)
Kisah
tentang Maryam (Q.S. Maryam: 16-35)
6)
Kisah
tentang Ya’juj Ma’juz (Q.S. al-Anbiya: 95-97)
7)
Kisah
tentang Bangsa Rumawi (Q.S. ar-Rum: 2-4) dan kisah-kisah lainnya.
c.
Kisah
yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah SAW.
Contohnya:
1)
Kisah
tentang Ababil (Q.S. al-Fil:1-5)
2)
Kisah
tentang hijrahnya Nabi SAW (Q.S. Muhammad: 13)
3)
Kisah
tentang perang Badar dan Uhud yang diuraikan dalam Qur’an surat Ali Imron
4)
Kisah
tentang perang Hunain dan at-Tabuk dan lain sebagainya.[4]
Sedangkan dalam buku ilmu-ilmu al-Qur’an karangan Teungku Muhammad
Hasbi Ash Shiddieqy dan buku studi ilmu-ilmu qur’an karangan Manna Khalil
al-Qattan mengatakan bahwa macam-macam kisah
dalam al-Qur’an ada tiga macam, yaitu:
1.
Kisah
Nabi-nabi (qashahul anbiya’). Al-Qur’an mengandung cerita tentang dakwah para
Nabi dan mukjizat-mukjizat para Rasul dan sikap umat-umat yang menentang, serta
marhalah-marhalah dakwah dan perkembangan-perkembangannya, di samping
menerangkan akibat-akibat yang dihadapi para Mukmin dan golongan-golongan yang
mendustakan, seperti kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad SAW
dan lain-lain.
2.
Kisah
yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan orang-orang
yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, seperti kisah orang-orang yang pergi
dari kampong halamannya, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati dan
seperti kisah Thalut dan Jalut, dua putra Adam, Ashhabul Kahfi, Zulkarnain, Qarun dan Ashhabus Sabti,
Maryam, Ashhabul Ukhdud, Ashhabul Fil dan lain-lain.
3.
Kisah
yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasul SAW.
Seperti: peperangan Badar dan Uhud yang diterangkan di dalam surat Ali Imran,
peperangan Hunain dan Tabuk yang diterangkan di dalam surat At Taubah,
peperangan Ahzab yang diterangkan dalam surat al-Ahzab dan Hijrah serta isra’
dan lain-lain.[5]
C.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an
Kisah Nabi Isa al-Masih (Ali Imron)[6]
3:45
Ingatlah! Ketika malaikat berkata, ‘’Maryam! Allah telah memberimu berita
gembira mengenai sebuah firman dari Dia: namanya Isa Almasih, putra Maryam
orang terhormat di dunia dan di akhirat dan termasuk orang yang dekat (kepada
Allah).
Nama Isa
itu tidak dipilih oleh manusia, maupun oleh ibunya, tapi diberikan oleh Allah
sendiri dan diumumkan oleh malaikat yang diutus-Nya. Tidaklah mengherankan
kalau Allah menghendaki supaya dia menjadi seorang teremuka di dunia dan di
akhirat. Lagi pula dia termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah. Tetapi
yang paling pentingnya, Maryam diberitahu bahwa Allah memberinya berita gembira
mengenai ‘’sebuah kalimatullah (Firman) dari Dia’’, dan kalimatullah (Firman)
ini akan bernama ‘’Isa Almasih’’. Apa yang dinyatakan dengan terus terang
adalah bahwa Isa adalah kalimatullah (Firman Allah) dan firman ini telah datang
ke dalam dunia dari Allah.
Ia
berkata: ‘’Tuhan! Bagaimana aku akan beroleh seorang putra padahal tak ada
seorang manusia pun menyentuhku?’’ Ia berfirman: ‘’Demikianlah Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Ia telah menentukan suatu
rencana, Ia hanya berfirman: ‘’Jadilah’’ maka jadilah ia!.
Pertanyaan
Maryam, bunda Isa menyangkut kenyataan bahwa dia tidak dapat memahami bagaimana
mungkin baginya untuk mempunyai anak (sebagaimana diumumkan oleh malaikat di QS
3:45) padahal dia belum pernah disentuh oleh laki-laki. Jawaban yang dia terima
adalah bahwa anaknya akan diciptakan menurut kehendak Allah SWT, menurut
rencananya sendiri.
3:49’’Dan
selaku Rasul kepada Bani Israel (dengan pesan): ‘Aku datang kepada kamu dengan
sebuah bukti dari T uhan kamu bahwa aku akan membuatkan bagi kamu yang dibuat
dari tanah seperti bentuk burung, lalu aku meniupnya maka ia menjadi seekor
burung dengan izin Allah: dan aku akan menyembuhkan orang yang buta sejak lahir
dan penderita penyakit kusta serta menghidupkan orang mati dengan izin Allah.
Dan kuberitahukan kepada kamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
dalam rumah-rumah kamu. Sungguh suatu bukti bagi kamu jika kamu beriman.
Isa mengumumkan bahwa ia datang dengan
membawa: ‘’sebuah bukti dari Tuhan kamu’’. Kita sudah mencatat bahwa suatu
bukti adalah suatu pesan yang kelihatan.
Tanda yang pertama ialah dia membuat dari tanah sebuah
figur burung dan figur itu menjadi seekor burung nyata dengan izin Allah SWT.
Apakah signifikasi dari tanda ini? Peristiwa ini secara mencolok mirip dengan
penciptaan Adam (lihat QS 3:59,’’Allah menciptakan Adam dari tanah’’) . kalimat
berikutnya menyebut tiga bukti lagi: (1) penyembuhan orang yang buta sejak lahir;
(2) penyembuhan orang yang menderita penyakit kusta; (3) menghidupkan orang
mati. Dan jika dia dapat menghidupkan orang mati, bukankah menghidupkan patung
burung tidaklah terlalu jauh berbeda? Tentu saja, Isa tidak melakukan semua ini
berdasarkan otoritas dari dirinya sendiri, tetapi dengan izin Allah. Isa tidak
melakukan apapun menurut kehendaknya sendiri, tetapi hanya dan selalu menurut
kehendak Allah SWT.
Satu lagi bukti disebut dalam ayat ini, ‘’kuberitahukan
kepada kamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di dalam rumah-rumah
kamu.’’ Yusuf Ali menjelaskan maknanya,’’kalimat ini umumnya merujuk kepada
pengetahuan kenabian tentang hal-hal yang tidak diketahui oleh orang lain.’’
Oleh karena itu, itu adalah bukti seorang nabi.
3:50
‘’Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang ada di
hadapanku. Dan untuk menghalalkan bagi kamu apa yang sebagian diharamkan kepada
kamu. Aku datang kepada kamu dengan sebuah bukti dari Tuhan kamu; bertaqwalah
kamu kepada Allah dan taatilah aku.
3:51 ‘’Sungguh Allah Tuhanku dan Tuhan kamu;
sembahlah Ia, inilah jalan yang lurus.’’
Semua orang yang menaati Isa akan meresponi panggilannya
untuk menyembah Allah. Inilah shirathal mustaqim (jalan yang lurus), atau jalan
hidup yang benar.
3:52
Setelah Isa menyadari akan kekafiran mereka ia berkata: ‘’Siapakah
yang akan menjadi pembelaku ke jalan Allah?’’ para pengikut berkata: ‘’Kamilah
pembela-pembela (agama) Allah: kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa
kami orang-orang yang tunduk.’’
Isa menemukan keingkaran yang kuat dan keras pada umat
Israel, yang masih berlaku sampai hari ini. Ia meminta pertolongan untuk
membawa orang-orang taat kepada Allah, melakukan kehendak-Nya dan dengan
demikian terbukti sebagai Muslim sejati. Pengikut-pengikutnya taat pada
panggilannya untuk menjadi penolong-penolong Allah SWT: mereka percaya pada
Allah SWT bukan hanya berdasarkan semacam pengakuan intelektual atau praktek
ritual tapi dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya dalam
kehidupan seharian; mereka memanggil Isa untuk ‘’saksikanlah bahwa kami
orang-orang yang tunduk’’, yaitu orang-orang yang benar-benar melakukan
kehendak Allah SWT.
3:53
‘’Tuhan! Kami beriman kepada apa yang Kau wahyukan dan mengikuti
Rasul ; maka masukkanlah kami bersama mereka yang memberikan kesaksian.’’
Pengikut-pengikut Isa sebagai Muslim sejati, di sini
mengumumkan bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diwahyukan Allah SWT
oleh tanda-tanda yang dibawa Isa; dan iman mereka terlihat dari kenyataan bahwa
mereka mengikuti Isa, Rasulullah.
3:54
Lalu mereka menyusun rencana; Allah juga membuat rencana, dan Allah
Perencana terbaik.
Orang-orang kafir menyusun rencana, tapi terhadap siapa?
Konteks menjelaskan bahwa mereka menyusun rencana melawan Isa dan
pengikut-pengikutnya. Tapi rencana orang-orang kafir tidak akan pernah dapat
menggagalkan rencana Allah SWT bagi Isa dan pengikut-pengikutnya, karena Ia
adalah Perencana terbaik.
3:55
Perhatkanlah! Allah berfirman: ‘’Wahai Isa! Aku akan mengambil
engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku dan membersihkan engkau dari (kepalsuan)
orang kafir, dan akan Kujadikan mereka yang mengikuti engkau lebih tinggi di
atas orang-orang kafir, sampai hari kiamat. Kemudian kepada-Ku kamu akan
kembali. Maka aku akan mengadili kamu tentang yang kamu perselisihkan.
Disini rencana orang-orang kafir dinyatakan yaitu untuk
menodai Isa dengan segala macam tuduhan palsu. Dan apa tujuannya menjepit
tuduhan-tuduhan palsu itu pada dia? Tentu saja sebagai dasar untuk menolak
beriman, berselisih dengan dia, dan menganiaya dia dan para pengikutnya.
Akan tetapi rencana Allah juga dinyatakan: ‘’Aku akan
mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku’’. Demikian Allah SWT akan
membersihkan nama baiknya dari para pemfitnah, yaitu mereka yang menolak Allah
dan Rasul-Nya.
D.
Ibrah dari kisah-kisah dalam al-Qur’an
Kisah-kisah dalam al-Qur’an menyingkap beberapa peristiwa baik yang
telah terjadi sebelum al-Qur’an diturunkan, terjadi bersamaan dengan turunnya
al-Qur’an ataupun peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Dalam suatu kisah
paling tidak ada empat hal yang terdapat di dalamnya. Empat hal tersebut yaitu:
jenis peristiwa itu sendiri, pelaku peristiwa, tempat peristiwa dan waktu
peristiwa. Keempat hal tersebut akan selalu berkaitan dan menyatu dalam setiap
peristiwa.
Di dalam al-Qur’an banyak dikisahkan tentang bebagai jenis
peristiwa yang pernah terjadi di bumi ini, seperti kisah tentang banjir bandang
pada masa Nabi Nuh, kisah hujan batu dan gempa dahsyat pada masa Nabi Luth,
kisah perang Badar, kisah tentang isra’ mi’raj, kisah tentang kehidupan di
surga yang penuh nikmat, kisah kehidupan di neraka yang penuh derita dan lain
sebagainya.
Dalam mengungkapkan kisah peristiwa-peristiwa yang sudah dan akan
terjadi, al-Qur’an menyebutkan beberapa pelaku atau tokoh dari suatu peristiwa.
Beberapa tokoh atau peristiwa yang disebutkan dalam al-Qur’an seperti para Nabi
dan utusan Allah yang diberi tugas untuk menyampaikan risalah, orang-orang
shaleh yang tidak dapat dipastikan kenabiaannya, seperti: Lukman, Zul Qarnain,
Thalut. Orang-orang yang ingkar terhadap Allah seperti: Fir’aun, Jalut, Qarun,
Abu Lahab dan lain sebagainya. Terkadang dalam beberapa kisah, pelaku peristiwa
tidak disebutkan secara langsung dalam al-Qur’an, tetapi hanya diungkapkan
secara maknawi, terutama kisah-kisah yang pelakunya secara kolektif, maka hanya
disebutkan secara simbolis, seperti: kaum ‘Ad, kaum Luth, Bani Israil, kaum
Quraisy dan lain sebagainya.
Dengan ungkpan-ungkapan al-Qur’an yang mengisahkan beberapa
kejadian (peristiwa) dengan menyebutkan para tokoh atau pelaku peristiwa akan
sangat berfaedah bagi orang yang menggunakan al-Qur’an sebagai pedoman
hidupnya. Karena dari kisah-kisah tersebut banyak ibrah yang dapat diambil
manfaat dan hikmahnya.
Dengan menyebutkan beberapa tokoh peristiwa sebagaimana terdapat
dalam al-Qur’an, dapat dijadikan teladan, menjadikan mudahmengingat kisah-kisah
tersebut, selain itu akan memudahkan dalam memahami maksud dan tujuan
al-Qur’an. Namun perlu disayangkan karena terkadang banyak orang dalam memahami
ayat-ayat al-Qur’an kaitannya dengan kisah suatu peristiwa hanya menekan pada
jenis peristiwa, mengabaikan waktu kejadian dan pelaku peristiwa, sehingga
kurang dapat menyentuh maksud dan tujuan apa yang dikehendaki dalam al-Qur’an.
IV.
KESIMPULAN
Kisah-kisah dalam al-Qur’an itu memiliki
realitas yang diyakini kebenarannya termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia
bagian dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi yang Maha Tahu dan Maha
Bijaksana yaitu Allah.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an dimaksudkan sebagai sarana
untuk mewujudkan tujuan keagamaan yang menyiratkan adanya kebenaran, pelajaran
dan peringatan.
Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa
secara kronologi dan tidak memaparkannya secara terperinci . hal ini
dimaksudkan sebagai peringatan tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan
sosial serta pengaruhnya baik dan buruk dalam kehidupan manusia.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat. Dalam penyusunan makalah ini, kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi. Kami berharap bagi pembaca dapat berkenan
memberikan kritik dan saran yang membangun, demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat, amin.
[1]
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II, Bandung: CV. Mustaka
Setia, 1997, Hlm. 27
[2]
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra,2002, Hlm. 197
[3]
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 2007, Hlm. 436
[4]
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II, hlm. 27-30
[5]
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Hlm. 191-192
[6] Ibrahim Abdullah. Isa AS Dalam Al-Qur’an:
Mengenal Sang Kalimatullah dan Rohullah Lebih Dekat. (Semarang:
RaSAIL,2011). Hlm 11
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Ibrahim. Isa AS Dalam Al-Qur’an: Mengenal Sang
Kalimatullah dan Rohullah Lebih Dekat. Semarang: RaSAIL,2011
Al-Qattan Manna
Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2007
Ash Shiddieqy Teungku Muhammad Hasbi. Ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,2002
Syadali Ahmad
dan Ahmad Rofi’I. Ulumul Qur’an II. Bandung: CV. Mustaka Setia, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar