Rabu, 11 Juni 2014

Makalah ulumul Qur'an



QASHASHIL QUR’AN
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Tuti Qurrotul Aini, M.Ag


Disusun Oleh :
Irrodatus Salamah                  (133311035)
Durrotun Nafisah                    (133311036)
Eny Miftahul Janah                (133311037)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014


I.                PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar. Al-Qur’an juga merupakan kitab suci agama Islam dan merupakan petunjuk serta pedoman hidup manusia. Semua hal telah ada dalam al-Qur’an.
Dalam al-Qur’an banyak dijelaskan berbagai kisah, yaitu seperti kisah-kisah masa lampau, seperti kisah para Nabi beserta umat-umatnya dan juga kisah-kisah masa kini, maupun masa yang akan datang. Kisah dalam al-Qur’an bukan hanya digunakan sekedar sebagai pencerita saja, tetapi di balik itu semua ada hikmah yang bisa kita ambil dan kita renungi, dan bisa juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Aturan-aturan, hukum dan kisah-kisah tersebut serta semuanya terdapat dalam al-Qur’an. kita tidak perlu meragukan al-Qur’an, karena sudah pasti bahwa al-Qur’an adalah petunjuk dan kitab yang paling sempurna.

II.              RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian Qashashil Qur’an?
B.    Bagaimana macam-macam kisah dalam al-Qur’an?
C.    Bagaimana kisah dalam al-Qur’an?
D.    Bagaimana ibrah dari kisah-kisah dalam al-Qur’an?

III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Qashahil Qur’an
Menurut bahasa kata Qashash jamak dari Qishah, artinya kisah, cerita, berita, atau keadaan. Sedangkan menurut istilah Qashashil Qur’an ialah kisah-kisah dalam al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.[1]
            Qashash adalah mashdar dari qashsha yang berarti mencari bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Qashash bermakna: urusan, berita, kabar dan keadaan. Qashash juga berarti berita-berita yang berurutan.
            Qashashil Qur’an ialah kabar-kabar al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri serta menerangkan bekasan-bekasan dari kaum-kaum purba itu.[2]
            Qasas al-Qur’an adalah pemberitaan Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona. [3]

B.    Macam-macam kisah dalam al-Qur’an
Di dalam al-Qur’an banyak dikisahkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah. Dari al-Qur’an dapat diketahui beberapa kisah yang pernah dialami orang-orang jauh sebelum kita sejak Nabi Adam; seperti kisah para Nabi dan kaumnya. Kisah orang-orang Yahudi, Nasrani, Sabi’in, Majuzi dan lain sebagainya.
            Dalam buku Ulumul Qur’an II karangan Drs. H. Ahmad Syadali M.A dan Drs. H. Ahmad Rofi’i, bahwa Kisah-kisah dalam al-Qur’an dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1.     Dari segi waktu
Ditinjau dari segi waktu kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu:
a.      Kisah hal gaib yang terjadi pada masa lalu
Contohnya:
1)   Kisah tentang dialog Malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah bumi sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S. Al-Baqarah: 30-34).
2)   Kisah tentang penciptaan alam semesta sebagaimana terdapat dalam (Q.S. al-Furqan:59, Qaf: 38).
3)   Kisah tentang penciptaan Nabi Adam dan kehidupannya ketika di surge sebagaimana terdapat dalam (Q.S. al-A’raf: 11-25).

b.     Kisah hal gaib yang terjadi pada masa kini, contohnya:
1)   Kisah tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar seperti diungkapkan dalam (Q.S. al-Qadar: 1-5).
2)   Kisah tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin, atau iblis seperti diungkapkan dalam (Q.S. al-A’raf 13-14).

c.      Kisah hal gaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang , contohnya:
1)   Kisah tentang akan datangnya hari kiamat seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat  al-Qari’ah, surat az-Zalzalah dan lainnya.
2)   Kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat  seperti diungkapkan dalam al-Qur’an  surat al-Lahab
3)   Kisah tentang kehidupan orang-orang di surga dan orang-orang yang hidup di dalam neraka seperti diungkapkan dalam al-Qur’an surat al-Gasyiah dan lainnya

2.     Dari segi materi
Ditinjau dari segi materi, kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu:
a.      Kisah-kisah para Nabi seperti:
1)   Kisah Nabi Adam (Q.S. Al-Baqarah: 30-39, al-A’raf: 11, dan lainnya)
2)   Kisah Nabi Nuh (Q.S. Hud: 25-49)
3)   Kisah Nabi Hud (Q.S. al-A’raf: 65,72,50,58)
4)   Kisah Nabi Idris (Q.S. Maryam: 56-57, al-Anbiya: 85-86)
5)   Kisah Nabi Yunus (Q.S. Yunus:98, al-An’am: 86-87), dan lain sebagainya.

b.     Kisah tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau yang tidak dapat dipastikan kenabiannya.
Contohnya:
1)   Kisah tentang Luqman (Q.S. Luqman: 12-13)
2)   Kisah tentang Dzul Qarnain (Q.S. al-Kahfi: 83-98)
3)   Kisah tentang Ashbabul Kahfi (Q.S. al-Kahfi: 9-26)
4)   Kisah tentang Thalut dan Jalut (Q.S. al-Baqarah: 246-251)
5)   Kisah tentang Maryam (Q.S. Maryam: 16-35)
6)   Kisah tentang Ya’juj Ma’juz (Q.S. al-Anbiya: 95-97)
7)   Kisah tentang Bangsa Rumawi (Q.S. ar-Rum: 2-4) dan kisah-kisah lainnya.

c.      Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah SAW.
Contohnya:
1)   Kisah tentang Ababil (Q.S. al-Fil:1-5)
2)   Kisah tentang hijrahnya Nabi SAW (Q.S. Muhammad: 13)
3)   Kisah tentang perang Badar dan Uhud yang diuraikan dalam Qur’an surat Ali Imron
4)   Kisah tentang perang Hunain dan at-Tabuk dan lain sebagainya.[4]

Sedangkan dalam buku ilmu-ilmu al-Qur’an karangan Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dan buku studi ilmu-ilmu qur’an karangan Manna Khalil al-Qattan mengatakan  bahwa macam-macam kisah dalam al-Qur’an ada tiga macam, yaitu:
1.     Kisah Nabi-nabi (qashahul anbiya’). Al-Qur’an mengandung cerita tentang dakwah para Nabi dan mukjizat-mukjizat para Rasul dan sikap umat-umat yang menentang, serta marhalah-marhalah dakwah dan perkembangan-perkembangannya, di samping menerangkan akibat-akibat yang dihadapi para Mukmin dan golongan-golongan yang mendustakan, seperti kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad SAW dan lain-lain.
2.     Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, seperti kisah orang-orang yang pergi dari kampong halamannya, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati dan seperti kisah Thalut dan Jalut, dua putra Adam, Ashhabul  Kahfi, Zulkarnain, Qarun dan Ashhabus Sabti, Maryam, Ashhabul Ukhdud, Ashhabul Fil dan lain-lain.
3.     Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasul SAW. Seperti: peperangan Badar dan Uhud yang diterangkan di dalam surat Ali Imran, peperangan Hunain dan Tabuk yang diterangkan di dalam surat At Taubah, peperangan Ahzab yang diterangkan dalam surat al-Ahzab dan Hijrah serta isra’ dan lain-lain.[5]

C.    Kisah-kisah dalam al-Qur’an
Kisah Nabi Isa al-Masih (Ali Imron)[6]
            3:45 Ingatlah! Ketika malaikat berkata, ‘’Maryam! Allah telah memberimu berita gembira mengenai sebuah firman dari Dia: namanya Isa Almasih, putra Maryam orang terhormat di dunia dan di akhirat dan termasuk orang yang dekat (kepada Allah).
            Nama Isa itu tidak dipilih oleh manusia, maupun oleh ibunya, tapi diberikan oleh Allah sendiri dan diumumkan oleh malaikat yang diutus-Nya. Tidaklah mengherankan kalau Allah menghendaki supaya dia menjadi seorang teremuka di dunia dan di akhirat. Lagi pula dia termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah. Tetapi yang paling pentingnya, Maryam diberitahu bahwa Allah memberinya berita gembira mengenai ‘’sebuah kalimatullah (Firman) dari Dia’’, dan kalimatullah (Firman) ini akan bernama ‘’Isa Almasih’’. Apa yang dinyatakan dengan terus terang adalah bahwa Isa adalah kalimatullah (Firman Allah) dan firman ini telah datang ke dalam dunia dari Allah.
            Ia berkata: ‘’Tuhan! Bagaimana aku akan beroleh seorang putra padahal tak ada seorang manusia pun menyentuhku?’’ Ia berfirman: ‘’Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Ia telah menentukan suatu rencana, Ia hanya berfirman: ‘’Jadilah’’ maka jadilah ia!.
            Pertanyaan Maryam, bunda Isa menyangkut kenyataan bahwa dia tidak dapat memahami bagaimana mungkin baginya untuk mempunyai anak (sebagaimana diumumkan oleh malaikat di QS 3:45) padahal dia belum pernah disentuh oleh laki-laki. Jawaban yang dia terima adalah bahwa anaknya akan diciptakan menurut kehendak Allah SWT, menurut rencananya sendiri.
            3:49’’Dan selaku Rasul kepada Bani Israel (dengan pesan): ‘Aku datang kepada kamu dengan sebuah bukti dari T uhan kamu bahwa aku akan membuatkan bagi kamu yang dibuat dari tanah seperti bentuk burung, lalu aku meniupnya maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah: dan aku akan menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan penderita penyakit kusta serta menghidupkan orang mati dengan izin Allah. Dan kuberitahukan kepada kamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di dalam rumah-rumah kamu. Sungguh suatu bukti bagi kamu jika kamu beriman.
            Isa mengumumkan bahwa ia datang dengan membawa: ‘’sebuah bukti dari Tuhan kamu’’. Kita sudah mencatat bahwa suatu bukti adalah suatu pesan yang kelihatan.
Tanda yang pertama ialah dia membuat dari tanah sebuah figur burung dan figur itu menjadi seekor burung nyata dengan izin Allah SWT. Apakah signifikasi dari tanda ini? Peristiwa ini secara mencolok mirip dengan penciptaan Adam (lihat QS 3:59,’’Allah menciptakan Adam dari tanah’’) . kalimat berikutnya menyebut tiga bukti lagi: (1) penyembuhan orang yang buta sejak lahir; (2) penyembuhan orang yang menderita penyakit kusta; (3) menghidupkan orang mati. Dan jika dia dapat menghidupkan orang mati, bukankah menghidupkan patung burung tidaklah terlalu jauh berbeda? Tentu saja, Isa tidak melakukan semua ini berdasarkan otoritas dari dirinya sendiri, tetapi dengan izin Allah. Isa tidak melakukan apapun menurut kehendaknya sendiri, tetapi hanya dan selalu menurut kehendak Allah SWT.
Satu lagi bukti disebut dalam ayat ini, ‘’kuberitahukan kepada kamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di dalam rumah-rumah kamu.’’ Yusuf Ali menjelaskan maknanya,’’kalimat ini umumnya merujuk kepada pengetahuan kenabian tentang hal-hal yang tidak diketahui oleh orang lain.’’ Oleh karena itu, itu adalah bukti seorang nabi.
            3:50 ‘’Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang ada di hadapanku. Dan untuk menghalalkan bagi kamu apa yang sebagian diharamkan kepada kamu. Aku datang kepada kamu dengan sebuah bukti dari Tuhan kamu; bertaqwalah kamu kepada Allah dan taatilah aku.
            3:51 ‘’Sungguh Allah Tuhanku dan Tuhan kamu; sembahlah Ia, inilah jalan yang lurus.’’
Semua orang yang menaati Isa akan meresponi panggilannya untuk menyembah Allah. Inilah shirathal mustaqim (jalan yang lurus), atau jalan hidup yang benar.
            3:52 Setelah Isa menyadari akan kekafiran mereka ia berkata: ‘’Siapakah yang akan menjadi pembelaku ke jalan Allah?’’ para pengikut berkata: ‘’Kamilah pembela-pembela (agama) Allah: kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami orang-orang yang tunduk.’’
Isa menemukan keingkaran yang kuat dan keras pada umat Israel, yang masih berlaku sampai hari ini. Ia meminta pertolongan untuk membawa orang-orang taat kepada Allah, melakukan kehendak-Nya dan dengan demikian terbukti sebagai Muslim sejati. Pengikut-pengikutnya taat pada panggilannya untuk menjadi penolong-penolong Allah SWT: mereka percaya pada Allah SWT bukan hanya berdasarkan semacam pengakuan intelektual atau praktek ritual tapi dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya dalam kehidupan seharian; mereka memanggil Isa untuk ‘’saksikanlah bahwa kami orang-orang yang tunduk’’, yaitu orang-orang yang benar-benar melakukan kehendak Allah SWT.
            3:53 ‘’Tuhan! Kami beriman kepada apa yang Kau wahyukan dan mengikuti Rasul ; maka masukkanlah kami bersama mereka yang memberikan kesaksian.’’
Pengikut-pengikut Isa sebagai Muslim sejati, di sini mengumumkan bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diwahyukan Allah SWT oleh tanda-tanda yang dibawa Isa; dan iman mereka terlihat dari kenyataan bahwa mereka mengikuti Isa, Rasulullah.
            3:54 Lalu mereka menyusun rencana; Allah juga membuat rencana, dan Allah Perencana terbaik.
Orang-orang kafir menyusun rencana, tapi terhadap siapa? Konteks menjelaskan bahwa mereka menyusun rencana melawan Isa dan pengikut-pengikutnya. Tapi rencana orang-orang kafir tidak akan pernah dapat menggagalkan rencana Allah SWT bagi Isa dan pengikut-pengikutnya, karena Ia adalah Perencana terbaik.
            3:55 Perhatkanlah! Allah berfirman: ‘’Wahai Isa! Aku akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku dan membersihkan engkau dari (kepalsuan) orang kafir, dan akan Kujadikan mereka yang mengikuti engkau lebih tinggi di atas orang-orang kafir, sampai hari kiamat. Kemudian kepada-Ku kamu akan kembali. Maka aku akan mengadili kamu tentang yang kamu perselisihkan.
Disini rencana orang-orang kafir dinyatakan yaitu untuk menodai Isa dengan segala macam tuduhan palsu. Dan apa tujuannya menjepit tuduhan-tuduhan palsu itu pada dia? Tentu saja sebagai dasar untuk menolak beriman, berselisih dengan dia, dan menganiaya dia dan para pengikutnya.
Akan tetapi rencana Allah juga dinyatakan: ‘’Aku akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku’’. Demikian Allah SWT akan membersihkan nama baiknya dari para pemfitnah, yaitu mereka yang menolak Allah dan Rasul-Nya.

D.    Ibrah dari kisah-kisah dalam al-Qur’an
Kisah-kisah dalam al-Qur’an menyingkap beberapa peristiwa baik yang telah terjadi sebelum al-Qur’an diturunkan, terjadi bersamaan dengan turunnya al-Qur’an ataupun peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Dalam suatu kisah paling tidak ada empat hal yang terdapat di dalamnya. Empat hal tersebut yaitu: jenis peristiwa itu sendiri, pelaku peristiwa, tempat peristiwa dan waktu peristiwa. Keempat hal tersebut akan selalu berkaitan dan menyatu dalam setiap peristiwa.
Di dalam al-Qur’an banyak dikisahkan tentang bebagai jenis peristiwa yang pernah terjadi di bumi ini, seperti kisah tentang banjir bandang pada masa Nabi Nuh, kisah hujan batu dan gempa dahsyat pada masa Nabi Luth, kisah perang Badar, kisah tentang isra’ mi’raj, kisah tentang kehidupan di surga yang penuh nikmat, kisah kehidupan di neraka yang penuh derita dan lain sebagainya.
Dalam mengungkapkan kisah peristiwa-peristiwa yang sudah dan akan terjadi, al-Qur’an menyebutkan beberapa pelaku atau tokoh dari suatu peristiwa. Beberapa tokoh atau peristiwa yang disebutkan dalam al-Qur’an seperti para Nabi dan utusan Allah yang diberi tugas untuk menyampaikan risalah, orang-orang shaleh yang tidak dapat dipastikan kenabiaannya, seperti: Lukman, Zul Qarnain, Thalut. Orang-orang yang ingkar terhadap Allah seperti: Fir’aun, Jalut, Qarun, Abu Lahab dan lain sebagainya. Terkadang dalam beberapa kisah, pelaku peristiwa tidak disebutkan secara langsung dalam al-Qur’an, tetapi hanya diungkapkan secara maknawi, terutama kisah-kisah yang pelakunya secara kolektif, maka hanya disebutkan secara simbolis, seperti: kaum ‘Ad, kaum Luth, Bani Israil, kaum Quraisy dan lain sebagainya.
Dengan ungkpan-ungkapan al-Qur’an yang mengisahkan beberapa kejadian (peristiwa) dengan menyebutkan para tokoh atau pelaku peristiwa akan sangat berfaedah bagi orang yang menggunakan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Karena dari kisah-kisah tersebut banyak ibrah yang dapat diambil manfaat dan hikmahnya.
Dengan menyebutkan beberapa tokoh peristiwa sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an, dapat dijadikan teladan, menjadikan mudahmengingat kisah-kisah tersebut, selain itu akan memudahkan dalam memahami maksud dan tujuan al-Qur’an. Namun perlu disayangkan karena terkadang banyak orang dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an kaitannya dengan kisah suatu peristiwa hanya menekan pada jenis peristiwa, mengabaikan waktu kejadian dan pelaku peristiwa, sehingga kurang dapat menyentuh maksud dan tujuan apa yang dikehendaki dalam al-Qur’an.

IV.            KESIMPULAN
Kisah-kisah dalam al-Qur’an itu memiliki realitas yang diyakini kebenarannya termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia bagian dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana yaitu Allah.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an dimaksudkan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan keagamaan yang menyiratkan adanya kebenaran, pelajaran dan peringatan.
Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologi dan tidak memaparkannya secara terperinci . hal ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan sosial serta pengaruhnya baik dan buruk dalam kehidupan manusia.

V.              PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi. Kami berharap bagi pembaca dapat berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun, demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, amin.










 


[1] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II, Bandung: CV. Mustaka Setia, 1997, Hlm. 27
[2] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,2002, Hlm. 197
[3] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2007, Hlm. 436
[4] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II, hlm. 27-30
[5] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Hlm. 191-192
[6] Ibrahim Abdullah. Isa AS Dalam Al-Qur’an: Mengenal Sang Kalimatullah dan Rohullah Lebih Dekat. (Semarang: RaSAIL,2011). Hlm 11

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Ibrahim. Isa AS Dalam Al-Qur’an: Mengenal Sang Kalimatullah dan Rohullah Lebih Dekat. Semarang: RaSAIL,2011
Al-Qattan Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2007
Ash Shiddieqy Teungku Muhammad Hasbi. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,2002
Syadali Ahmad dan Ahmad Rofi’I. Ulumul Qur’an II. Bandung: CV. Mustaka Setia, 1997






Tidak ada komentar:

Posting Komentar