Sabtu, 07 Juni 2014

Makalah tauhid




Memahami Allah dan sifat-sifat-Nya
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tauhid
Dosen Pengampu : Sofa Muthohar, M.Ag

Description: C:\Users\Karamel\Pictures\iain-walisongo1.jpg

Disusun oleh :
Mu’minah                              (133311006)
Anis Siti K.                            (133311020)
Eko Juni Setyawan                (133311023)
Durrotun Nafisah                   (133311036)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014



I.                PENDAHULUAN

Tauhid ialah mengesakan Allah dan mengakui keberadaannya serta kuat kepercayaannya bahwa Allah itu hanya satu tidak ada yang lain. Tidak ada sekutu baginya, yang bisa menandinginya bahkan mengalahkannya. Ada tiga macam tauhid dalam islam, yakni : Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa sifat. Ketiga tauhid tersebut harus dimiliki oleh manusia sebagai hamba-Nya. Sebagai umat muslim kita tidak boleh hanya memiliki salah satu dari ketiga tauhid tersebut, karena ketiga tauhid tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Apabila kita hanya mempercayai salah satu diantaranya maka kita tidak bisa disebut sebagai seorang yang syirik bahkan keluar dari islam.
II.              RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana pemikiran tentang Allah?
B.  Apa nama-nama dan sifat-sifat Allah?
C.  Apa macam-macam ilmu tauhid?
III.            PEMBAHASAN
A.    Pemikiran tentang Tuhan
1.     Memikirkan Allah melalui hal-hal sebagai berikut:
a.      Mengenal Allah adalah fitrah insani
Disadari atau tidak disadari manusia akan merindukan sang pencipta dan pelindungnya. Suara fitrah muncul terdengar dan menjerit memanggil rabbnya manakala manusia dihadapkan malapetaka, kesulitan yang dahsyat. Saat itu manusia patuh, tunduk, khusyuk, tawakal dan tidak ingkar kepada-Nya.
b.     Mengenal Allah melalui alam semesta ciptaan-Nya
Agar lebih yakin terhadap kebesaran dan keagungan zat Allah yang maha pencipta, maka al-Qur’an menyeru manusia untuk meneliti dan merenungkan ciptaan-ciptaan-Nya. [1]
Bahwasannya umat islam dilarang memikir-mikirkan bagaimana zat Allah. Diriwayatkan oleh Abu Nairim dari Ibnu Abbas, bahwasanya segolongan sahabat memikir-mikirkan tentang Allah, maka bersabdalah Nabi SAW:
تَفَكَّرُوْا فِي خَلْقِ اللَّهِ وَلاَ تَتَفَكَّرُوْا فِي الَّلهِ فَاِ نَّكُمْ لَنْ تَقْدُرُوْا قَدْرَهُ

            Berpikirlah kamu pada penciptaan Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang zat Allah sendiri, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tak dapat memenuhi kadarnya”. [2]  
c.      Mengenal Allah dan sifat-Nya melalui firman-firman-Nya
Muhammad Salih as-Samarani (1820-1903) merupakan generasi penerus dari paham al-Asy’ari, dengan menyediakan karya tulis yang mudah dipahami orang awam untuk memperkuat iman mereka, juga menyatakan bahwa Tuhan memiliki sifat. Menurutnya, wajib menurut syara’ bagi orang mukallaf, akil baligh, mengetahui sifat wajib Allah sebanyak dua puluh, sifat mustahil Allah dua puluh dan sifat jaiz Allah. [3]
Kita mengetahui dari al-Qur’an bahwa Allah memiliki zat yang berbeda dengan zat segala sesuatu yang diciptakann-Nya. Dengan pengertian, bahwa semua makhluk yang ada di alam ini datang karena adanya wujud yang mendahului-Nya atau datang melalui perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan Allah terlepas dari hukum-hukum yang berlaku atas makhluk-makhlukNya. 
Kita mengetahui dari aqidah Islam, bahwa Allah itu berdiri sendiri. Dia tidak membutuhkan semua ciptaannya-Nya melainkan mereka lah yang selalu butuh kepada-Nya.[4]   

B.    Nama-nama dan sifat-sifat Allah
1.     Nama-nama Allah
a.      Asmaul husna
Allah SWT berfirman:
¬!ur âä!$oÿôœF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# çnqãã÷Š$$sù $pkÍ5 ( (#râsŒur tûïÏ%©!$# šcrßÅsù=ムþÎû ¾ÏmÍ´¯»yJór& 4 tb÷rtôfãy $tB (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇÊÑÉÈ  
Artinya: “hanya milik Allah asmaa-ul husna Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. Al-A’raf:180).
Ayat yang agung ini menunjukan hal-hal berikut:
1)     Menetapkan nama-nama (asma’) untuk Allah SWT, maka siapa yang menafikannya berarti ia telah menafikan apa yang telah ditetapkan Allah dan juga berarti dia telah menentang Allah SWT.
2)     Bahwasanya asma’ Allah SWT semuanya adalah husna. Maksudya sangat baik. Karena ia mengandung makna dan sifat-sifat yang sempurna, tanpa kekurangan dan cacat sedikitpun. Ia bukanlah sekedar nama-nama kosong yang tak bermakna atau tak mengandung arti.
3)     Sesungguhnya Allah memerintahkan berdo’a dan bertawasul kepadaNya dengan nama-namaNya. Maka hal ini menunjukan keagungannya serta kecintaan Allah kepada do’a yang disertai nama-namaNya.
Bahwasanya Allah SWT mengancam orang-orang ilhad dalam asma’nya dan Dia akan membalas perbuatan mereka yang buruk itu.
b.     Kandungan Asmaul husna
Nama-nama yang mulai ini bukanlah sekedar nama kosong yang tidak mengandung makna dan sifat, justru ia adalah nama-nama yang menunjukan kepada makna yang mulia dan sifat yang agung. Setiap nama menunjukan kepada sifat, maka nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim menunjukan sifat rahmah; As-Sami’ dan Al-Bashir menunjukan sifat mendengar dan melihat; Al-‘Alim menunjukan sifat ilmu yang luas; Al-Karim menunjukan sifat karam (dermawan dan mulia); Al-Kholiq menunjukan Dia menciptakan; dan AR-Razzaq menunjukan Dia memberi rizki dengan jumlah yang banyak sekali. Begitulah seterusnya, setiap nama dari nama-namaNya menunjukan sifat dari sifat-sifatnya.
Syaikh Ibnu Taimiyah berkata: “setiap nama dari nama-namaNya menunjukan kepada Dzat yang disebutnya dan sifat yang dikandungnya, seperti Al-‘Alim menunjukan Dzat dan ilmu, Al-Qodir menunjukan Dzat dan qudrah, Ar-Rahim menunjukan Dzat yang maha penyayang.
Ibnul Qayyim berkata, “Nama-nama Rabb menunjukan sifat-sifat kesempurnaanNya, karena ia diambil dari sifat-sifatnya. Jadi ia adalah nama sekaligus sifat dan karena itulah ia menjadi husna. Sebab andaikata ia hanyalah lafazh-lafazh yang tak bermakna maka tidaklah disebut husna, jika tidak menunjukan kepada pujian dan kesempurnaan. Jika demikian tentu diperbolehkan meletakan nama intiqam (balas dendam) dan ghadhob (marah) pada tempat rahmat dan ihsan, atau sebaliknya. Sehingga boleh dikatakan, “Ya Allah sesungguhnya saya telah menzhalimi diri sendir, maka ampunilah aku, karena engkau sesungguhnya adalah Al-Muntaqim (maha membalas dendam). Ya Allah anugerahilah saya, karena sesungguhnya engkau adalah Adh-Dharr (yang memberi madharat) dan Al-Mani’ (yang menolak)” dan semacamnya. Lagi pula kalau tidak menunjukan arti dan sifat, tentu tidak diperbolehkan memberi kabar dengan masdar-masdarNya dan menetapkannya untuk dirinya dan telah ditetapkan oleh Rasulnya untuk-Nya, seperti firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat:58
¨bÎ) ©!$# uqèd ä-#¨§9$# rèŒ Ío§qà)ø9$# ßûüÏGyJø9$# ÇÎÑÈ  
Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
Dari sini diketahui bahwa Al-Qawiy adalah salah satu nama-namanya yang bermakna “Dia yang mempunyai kekuatan”. Begitu pula firman Allah fathir:10
`tB tb%x. ߃̍ムno¨Ïèø9$# ¬Tsù äo¢Ïèø9$# $·èÏHsd 4 Ïmøs9Î) ßyèóÁtƒ ÞOÎ=s3ø9$# Ü=Íh©Ü9$# ã@yJyèø9$#ur ßxÎ=»¢Á9$# ¼çmãèsùötƒ 4 z`ƒÏ%©!$#ur tbrãä3ôJtƒ ÏN$t«ÍhŠ¡¡9$# öNçlm; Ò>#xtã ÓƒÏx© ( ãõ3tBur y7Í´¯»s9'ré& uqèd âqç7tƒ ÇÊÉÈ  
 “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan hancur.”[5]
2.     Sifat-sifat Allah
a.      Sifat-sifat  wajib Allah
1)     Al-Wujud artinya ada
2)     Al-Qidam artinya dahulu
3)     Al-Baqa’ artinya kekal
4)     Al-Mukhaalafah lil Hawaadits artinya berbeda dengan makhluk
5)     Al-Qiyamu binafsih artinya berdiri sendiri
6)     Al-Wahdaniyah artinya ke-Esaan
7)     Al-Qudrah artinya berkuasa
8)     Al-Iradah artinya berkehendak
9)     Al-Ilmu artinya mengetahui
10) Al-Hayat artinya hidup
11) Al-Sam’ artinya mendengar
12) Al-bashr artinya melihat
13) Al-Kalam artinya berbicara
Segolongan ahli ilmu tauhid berpendapat bahwa sifat-sifat wajib Allah itu ada dua puluh, yaitu selain yang tiga belas sifat tersebut ditambah lagi:
14) Kaunuhu Qadiran artinya Allah dalam keadaan berkuasa
15) Kaunuhu Muriedan artinya Allah dalam keadaan berkehendak
16) Kaunuhu Aaaliman artinya Allah dalam keadaan mengetahui
17) Kaunuhu Haiyan artinya Allah dalam keadaan hidup
18) Kaunuhu Samie’an artinya Allah dalam keadaan mendengar
19) Kaunuhu Bashieron artinya Allah dalam keadaan melihat
20) Kaunuhu Mutakalliman artinya Allah dalam keadaan berkata-kata
b.     Sifat-sifat mustahil Allah
1)     Adam artinya tiada
2)     Hudus artinya ada yang mendahului
3)     Fana artinya berakhir
4)     Mumatsalatul lil hawaditsi artinya ada yang menyamai
5)     Ihtiyaju  lighairihi artinya memerlukan yang lain
6)     Ta’adud artinya berbilang
7)     Ajzun artinya lemah
8)     Karahah artinya terpaksa
9)     Jahlun artinya bodoh
10) Mautun artinya mati
11) Shamamun artinya tuli
12) Ama artinya buta
13) Bakamun artinya bisu
14) Kaunuhu ‘ajiyan artinya zat yang lemah
15) Kaunuhu  karihan artinya zat yang terpaksa
16) Kaunuhu  jahilan artinya zat yang sangat bodoh
17) MayyitMan artinya zat yang mati
18) Kaunuhu ashamma artinya zat yang tuli
19) Kaunuhu ‘amma artinya zat yang buta
20) Kaunuhu abkama artinya zat yang bisu
c.      Sifat jaiz Allah
Sifat Jaiz bagi Allah adalah sebagai berikut:
فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ اَوْ تَرْ كُهُ
Jaiz bagi Allah atau  harus bagi-Nya di sini ialah tidak mesti dan tidak mustahil. Jadi mestinya, tidak wajib bagi Allah perbuat suatu makhluk dan tidak pula mustahil. Kalau ia suka ia perbuat dan Ia tidak perbuat kalau Ia tidak suka. Allah berbuat menurut kehendak-Nya.[6]

C.    Macam-macam ilmu tauhid
1.     Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah atau ubudiyah ialah Tauhid Ibadah, yaitu beribadah, berdoa, meminta dalam hal yang gaib, tunduk, merendah hanya kepada Allah, tidak kepada yang lainnya dan tidak menerima hukum agama dan ketetapan dalam perkara gaib kecuali dari Allah.[7]
Tauhid uluhiyah diartikan dengan mengiktikadkan, bahwa Allah sendirilah yang berhak disembah dan yang berhak dituju oleh semua hambanya, atau dengan kata lain tauhid Uluhiyah adalah percaya sepenuhnya bahwa Allah lah yang berhak menerima semua peribadatan makhluk, dan hanya Allah sajalah yang sebenarnya dan yang harus disembah. Yang dimaksud dengan tauhid Uluhiyah ialah: meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Firman Allah SWT.
ö/ä3ßg»s9Î)ur ×m»s9Î) ÓÏnºur ( Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ß`»yJôm§9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÊÏÌÈ  
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (Qs.Al-Baqarah:163) [8]

2.     Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala perbuatanNya, dengan menyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. [9]  Jadi tidak ada yang membuat, mengurus, dan mengatur semua makhluk ini selain Allah SWT.
Tauhid Rububiyah akan rusak apabila kita mengakui bahwa yang mengurus alam ini ada dua orang, seperti dipercayai oleh bangsa Persi zaman dulu.[10]
Allah berfirman:
¨bÎ) š­/u uqèd ß,»¯=sƒø:$# ãLìÎ=yèø9$# ÇÑÏÈ  
“Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang Maha Pencipta lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Hijr : 86)
3.     Asma’ Wa Shifat
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagaimana yang di terangkan dalam Al-Quran dan Sunnah RasulNya menurut apa yang pantas bagi Allah SWT, tanpa takwil dan ta’thil, tanpa takyif, dan tamtsil, berdasarkan firman Allah SWT
  }§øŠs9 ¾ÏmÎ=÷WÏJx. Öäïx« ( uqèdur ßìŠÏJ¡¡9$# 玍ÅÁt7ø9$# ÇÊÊÈ  
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Pendengar lagi lagi Maha Melihat.” QS. Asy-Syura: 11
     Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupaiNya, dan Dia menetapkan bahwa Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka Dia diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat yang Dia berikan untuk diriNya dan dengan nama dan sifat yang disampaikan oleh Rasulnya. Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam hal ini tidak boleh dilanggar, karena tidak seorangpun yang lebih mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada sesudah Allah orang yang lebih mengetahui Allah daripada RasulNya. Maka barangsiapa yang mengingkari nama-nama Allah dan sifat-sifatNya atau menamakan Allah dan menyifatiNya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhlukNya, atau men takwi kan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan RasulNya.

IV.            KESIMPULAN
Eksistensi Tuhan, menurut Muhammad Shalih bahwa Tuhan adalah esa dalam zat, sifat, dan perbuatanNya, bersifat sempurna (Kamalat), maha suci dari sifat dan kekuranganNya (Naqais), zat yang memiliki sifat sempurna dan mulia, sifat yang menyebabkan terwujudnya segala sesuatu selainNya, bersifat rahman dan rahim.
Nama-nama Rabb menunjukan sifat-sifat kesempurnaanNya, karena ia diambil dari sifat-sifatnya. Jadi ia adalah nama sekaligus sifat dan karena itulah ia menjadi husna.
Macam-macam ilmu tauhid yaitu: Tauhid Rububiyah (mengesakan Allah SWT dalam segala perbuatanNya, dengan menyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk), Tauhid Uluhiyah atau ubudiyah (mengiktikadkan bahwa Allah sendirilah yang berhak disembah dan yang berhak dituju oleh semua hambanya, atau hanya Allah-lah yang berhak menerima semua peribadatan makhluk dan yang harus disembah).

V.              PENUTUP
Demikianmakalah yang kami buat.Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi. Kami berharap bagi pembaca dapat berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun, demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, amin





[1] Choiruddin Hadhiri, Kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2005, hlm. 10
[2] Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999, Hlm. 171-172
[3] Ghazali Munir, Tuhan, Manusia dan Alam dalam Pemikiran Kalam Muhammad Shalih As-Samarani, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008, Hlm. 99
[4] Ahmad Bahjat, Allah fi al-Islamiyyah: Risalah Jadidah fi at-Tauhid, Bandung: Pustaka Hidayah, hlm. 274
[5]   Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Ali, Jakarta: Akafa Press. 1998 hlm. 101-105
[6] Hamzah Ya’qub, Ilmu Ma’rifah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001, hlm.78-80
[7] Hamzah Ya’qub, Ilmu Ma’rifah, hlm. 7
[8] Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, Jakarta: PT. Rineka cipta, 1992, hlm. 17
[9] Shalih Bin Fauzan, At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Ali, hlm. 19-20
[10] Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, hlm.20-21

DAFTAR PUSTAKA


Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali. Jakarta: Akafa
Press. 1998.
As-Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, dkk. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam.
Semarang: pustaka rizki putra. 1999.
Bahjat, Ahmad. Allah fi al-Islamiyyah: Risalah Jadidah fi at-Tauhid. Bandung: Pustaka
Hidayah. 1998.
Hadhiri, Choiruddin. Kandungan Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insan. 2005.
Munir, Ghazali. Tuhan, Manusia dan Alam dalam Pemikiran Kalam Muhammad Shalih As-
Samarani.  Semarang: RaSAIL Medi Group. 2008
Ya’qub, Hamzah.  Ilmu Ma’rifah. Jakarta: Pedoman ilmu jaya. 2001.
Zainuddin. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: PT. Rineka cipta. 1992.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar