Memahami Allah dan
sifat-sifat-Nya
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Tauhid
Dosen
Pengampu : Sofa Muthohar, M.Ag
Disusun
oleh :
Mu’minah (133311006)
Anis Siti K. (133311020)
Eko Juni Setyawan (133311023)
Durrotun Nafisah (133311036)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
Tauhid ialah mengesakan Allah dan mengakui keberadaannya serta kuat
kepercayaannya bahwa Allah itu hanya satu tidak ada yang lain. Tidak ada sekutu
baginya, yang bisa menandinginya bahkan mengalahkannya. Ada tiga macam tauhid
dalam islam, yakni : Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa sifat. Ketiga tauhid
tersebut harus dimiliki oleh manusia sebagai hamba-Nya. Sebagai umat muslim
kita tidak boleh hanya memiliki salah satu dari ketiga tauhid tersebut, karena
ketiga tauhid tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Apabila kita hanya mempercayai salah satu diantaranya maka kita tidak bisa
disebut sebagai seorang yang syirik bahkan keluar dari islam.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana pemikiran tentang Allah?
B. Apa nama-nama dan sifat-sifat Allah?
C. Apa macam-macam ilmu tauhid?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pemikiran
tentang Tuhan
1.
Memikirkan
Allah melalui hal-hal sebagai berikut:
a.
Mengenal
Allah adalah fitrah insani
Disadari atau tidak disadari manusia akan merindukan sang pencipta
dan pelindungnya. Suara fitrah muncul terdengar dan menjerit memanggil rabbnya
manakala manusia dihadapkan malapetaka, kesulitan yang dahsyat. Saat itu
manusia patuh, tunduk, khusyuk, tawakal dan tidak ingkar kepada-Nya.
b.
Mengenal
Allah melalui alam semesta ciptaan-Nya
Agar lebih yakin terhadap kebesaran dan keagungan zat Allah yang
maha pencipta, maka al-Qur’an menyeru manusia untuk meneliti dan merenungkan
ciptaan-ciptaan-Nya. [1]
Bahwasannya umat islam dilarang memikir-mikirkan bagaimana zat
Allah. Diriwayatkan oleh Abu Nairim dari Ibnu Abbas, bahwasanya segolongan
sahabat memikir-mikirkan tentang Allah, maka bersabdalah Nabi SAW:
تَفَكَّرُوْا فِي خَلْقِ اللَّهِ وَلاَ
تَتَفَكَّرُوْا فِي الَّلهِ فَاِ نَّكُمْ لَنْ تَقْدُرُوْا قَدْرَهُ
“Berpikirlah
kamu pada penciptaan Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang zat Allah
sendiri, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tak dapat memenuhi kadarnya”.
[2]
c.
Mengenal
Allah dan sifat-Nya melalui firman-firman-Nya
Muhammad Salih as-Samarani (1820-1903) merupakan generasi penerus
dari paham al-Asy’ari, dengan menyediakan karya tulis yang mudah dipahami orang
awam untuk memperkuat iman mereka, juga menyatakan bahwa Tuhan memiliki sifat.
Menurutnya, wajib menurut syara’ bagi orang mukallaf, akil baligh, mengetahui
sifat wajib Allah sebanyak dua puluh, sifat mustahil Allah dua puluh dan sifat
jaiz Allah. [3]
Kita mengetahui dari al-Qur’an bahwa Allah memiliki zat yang
berbeda dengan zat segala sesuatu yang diciptakann-Nya. Dengan pengertian,
bahwa semua makhluk yang ada di alam ini datang karena adanya wujud yang
mendahului-Nya atau datang melalui perkawinan antara laki-laki dan perempuan.
Sedangkan Allah terlepas dari hukum-hukum yang berlaku atas
makhluk-makhlukNya.
Kita mengetahui dari aqidah Islam, bahwa Allah itu berdiri sendiri.
Dia tidak membutuhkan semua ciptaannya-Nya melainkan mereka lah yang selalu
butuh kepada-Nya.[4]
B.
Nama-nama
dan sifat-sifat Allah
1.
Nama-nama
Allah
a.
Asmaul
husna
Allah
SWT berfirman:
¬!ur âä!$oÿôF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# çnqãã÷$$sù $pkÍ5 ( (#râsur tûïÏ%©!$# crßÅsù=ã þÎû ¾ÏmÍ´¯»yJór& 4 tb÷rtôfãy $tB (#qçR%x. tbqè=yJ÷èt ÇÊÑÉÈ
Artinya:
“hanya milik Allah asmaa-ul husna Maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya nanti mereka akan mendapat Balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. Al-A’raf:180).
Ayat
yang agung ini menunjukan hal-hal berikut:
1)
Menetapkan
nama-nama (asma’) untuk Allah SWT, maka siapa yang menafikannya berarti ia
telah menafikan apa yang telah ditetapkan Allah dan juga berarti dia telah
menentang Allah SWT.
2)
Bahwasanya
asma’ Allah SWT semuanya adalah husna. Maksudya sangat baik. Karena ia
mengandung makna dan sifat-sifat yang sempurna, tanpa kekurangan dan cacat
sedikitpun. Ia bukanlah sekedar nama-nama kosong yang tak bermakna atau tak
mengandung arti.
3)
Sesungguhnya
Allah memerintahkan berdo’a dan bertawasul kepadaNya dengan
nama-namaNya. Maka hal ini menunjukan keagungannya serta kecintaan Allah kepada
do’a yang disertai nama-namaNya.
Bahwasanya
Allah SWT mengancam orang-orang ilhad dalam asma’nya dan Dia akan
membalas perbuatan mereka yang buruk itu.
b.
Kandungan
Asmaul husna
Nama-nama yang mulai ini bukanlah sekedar nama kosong yang tidak
mengandung makna dan sifat, justru ia adalah nama-nama yang menunjukan kepada
makna yang mulia dan sifat yang agung. Setiap nama menunjukan kepada sifat,
maka nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim menunjukan sifat rahmah; As-Sami’ dan
Al-Bashir menunjukan sifat mendengar dan melihat; Al-‘Alim menunjukan sifat
ilmu yang luas; Al-Karim menunjukan sifat karam (dermawan dan mulia); Al-Kholiq
menunjukan Dia menciptakan; dan AR-Razzaq menunjukan Dia memberi rizki dengan
jumlah yang banyak sekali. Begitulah seterusnya, setiap nama dari nama-namaNya
menunjukan sifat dari sifat-sifatnya.
Syaikh
Ibnu Taimiyah berkata: “setiap nama dari nama-namaNya menunjukan kepada Dzat
yang disebutnya dan sifat yang dikandungnya, seperti Al-‘Alim menunjukan Dzat
dan ilmu, Al-Qodir menunjukan Dzat dan qudrah, Ar-Rahim menunjukan Dzat yang
maha penyayang.
Ibnul Qayyim berkata, “Nama-nama Rabb menunjukan sifat-sifat
kesempurnaanNya, karena ia diambil dari sifat-sifatnya. Jadi ia adalah nama
sekaligus sifat dan karena itulah ia menjadi husna. Sebab andaikata ia hanyalah
lafazh-lafazh yang tak bermakna maka tidaklah disebut husna, jika tidak
menunjukan kepada pujian dan kesempurnaan. Jika demikian tentu diperbolehkan
meletakan nama intiqam (balas dendam) dan ghadhob (marah) pada tempat rahmat
dan ihsan, atau sebaliknya. Sehingga boleh dikatakan, “Ya Allah sesungguhnya
saya telah menzhalimi diri sendir, maka ampunilah aku, karena engkau
sesungguhnya adalah Al-Muntaqim (maha membalas dendam). Ya Allah anugerahilah
saya, karena sesungguhnya engkau adalah Adh-Dharr (yang memberi madharat) dan
Al-Mani’ (yang menolak)” dan semacamnya. Lagi pula kalau tidak menunjukan arti
dan sifat, tentu tidak diperbolehkan memberi kabar dengan masdar-masdarNya dan
menetapkannya untuk dirinya dan telah ditetapkan oleh Rasulnya untuk-Nya, seperti
firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat:58
¨bÎ) ©!$# uqèd ä-#¨§9$# rè Ío§qà)ø9$# ßûüÏGyJø9$# ÇÎÑÈ
“Sesungguhnya Allah
Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
Dari sini diketahui bahwa Al-Qawiy adalah salah satu nama-namanya
yang bermakna “Dia yang mempunyai kekuatan”. Begitu pula firman Allah fathir:10
`tB tb%x. ßÌã no¨Ïèø9$# ¬Tsù äo¢Ïèø9$# $·èÏHsd 4 Ïmøs9Î) ßyèóÁt ÞOÎ=s3ø9$# Ü=Íh©Ü9$# ã@yJyèø9$#ur ßxÎ=»¢Á9$# ¼çmãèsùöt 4 z`Ï%©!$#ur tbrãä3ôJt ÏN$t«Íh¡¡9$# öNçlm; Ò>#xtã ÓÏx© ( ãõ3tBur y7Í´¯»s9'ré& uqèd âqç7t ÇÊÉÈ
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka
bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan
yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. dan orang-orang yang merencanakan
kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan hancur.”[5]
2.
Sifat-sifat
Allah
a.
Sifat-sifat wajib Allah
1)
Al-Wujud
artinya ada
2)
Al-Qidam
artinya dahulu
3)
Al-Baqa’
artinya kekal
4)
Al-Mukhaalafah
lil Hawaadits artinya berbeda dengan makhluk
5)
Al-Qiyamu
binafsih artinya berdiri sendiri
6)
Al-Wahdaniyah
artinya ke-Esaan
7)
Al-Qudrah
artinya berkuasa
8)
Al-Iradah
artinya berkehendak
9)
Al-Ilmu
artinya mengetahui
10)
Al-Hayat
artinya hidup
11)
Al-Sam’
artinya mendengar
12)
Al-bashr
artinya melihat
13)
Al-Kalam
artinya berbicara
Segolongan ahli ilmu tauhid berpendapat bahwa sifat-sifat wajib
Allah itu ada dua puluh, yaitu selain yang tiga belas sifat tersebut ditambah
lagi:
14)
Kaunuhu
Qadiran artinya Allah dalam keadaan berkuasa
15)
Kaunuhu
Muriedan artinya Allah dalam keadaan berkehendak
16)
Kaunuhu
Aaaliman artinya Allah dalam keadaan mengetahui
17)
Kaunuhu
Haiyan artinya Allah dalam keadaan hidup
18)
Kaunuhu
Samie’an artinya Allah dalam keadaan mendengar
19)
Kaunuhu
Bashieron artinya Allah dalam keadaan melihat
20)
Kaunuhu
Mutakalliman artinya Allah dalam keadaan berkata-kata
b.
Sifat-sifat
mustahil Allah
1)
Adam
artinya tiada
2)
Hudus
artinya ada yang mendahului
3)
Fana
artinya berakhir
4)
Mumatsalatul
lil hawaditsi artinya ada yang menyamai
5)
Ihtiyaju lighairihi artinya memerlukan yang lain
6)
Ta’adud
artinya berbilang
7)
Ajzun
artinya lemah
8)
Karahah
artinya terpaksa
9)
Jahlun
artinya bodoh
10)
Mautun
artinya mati
11)
Shamamun
artinya tuli
12)
Ama
artinya buta
13)
Bakamun
artinya bisu
14)
Kaunuhu
‘ajiyan artinya zat yang lemah
15)
Kaunuhu karihan artinya zat yang terpaksa
16)
Kaunuhu jahilan artinya zat yang sangat bodoh
17)
MayyitMan
artinya zat yang mati
18)
Kaunuhu
ashamma artinya zat yang tuli
19)
Kaunuhu
‘amma artinya zat yang buta
20)
Kaunuhu
abkama artinya zat yang bisu
c.
Sifat
jaiz Allah
Sifat
Jaiz bagi Allah adalah sebagai berikut:
فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ اَوْ تَرْ كُهُ
Jaiz bagi Allah atau harus
bagi-Nya di sini ialah tidak mesti dan tidak mustahil. Jadi mestinya, tidak
wajib bagi Allah perbuat suatu makhluk dan tidak pula mustahil. Kalau ia suka
ia perbuat dan Ia tidak perbuat kalau Ia tidak suka. Allah berbuat menurut
kehendak-Nya.[6]
C.
Macam-macam
ilmu tauhid
1.
Tauhid
Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah atau ubudiyah ialah Tauhid Ibadah, yaitu beribadah,
berdoa, meminta dalam hal yang gaib, tunduk, merendah hanya kepada Allah, tidak
kepada yang lainnya dan tidak menerima hukum agama dan ketetapan dalam perkara
gaib kecuali dari Allah.[7]
Tauhid uluhiyah diartikan dengan mengiktikadkan, bahwa Allah
sendirilah yang berhak disembah dan yang berhak dituju oleh semua hambanya, atau
dengan kata lain tauhid Uluhiyah adalah percaya sepenuhnya bahwa Allah lah yang
berhak menerima semua peribadatan makhluk, dan hanya Allah sajalah yang
sebenarnya dan yang harus disembah. Yang dimaksud dengan tauhid Uluhiyah ialah:
meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Firman Allah SWT.
ö/ä3ßg»s9Î)ur ×m»s9Î) ÓÏnºur ( Hw tm»s9Î) wÎ) uqèd ß`»yJôm§9$# ÞOÏm§9$# ÇÊÏÌÈ
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan
Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.
(Qs.Al-Baqarah:163) [8]
2.
Tauhid
Rububiyah
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala
perbuatanNya, dengan menyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap
makhluk. [9] Jadi tidak ada yang membuat, mengurus, dan
mengatur semua makhluk ini selain Allah SWT.
Tauhid Rububiyah akan rusak apabila kita mengakui bahwa yang
mengurus alam ini ada dua orang, seperti dipercayai oleh bangsa Persi zaman
dulu.[10]
Allah berfirman:
¨bÎ) /u uqèd ß,»¯=sø:$# ãLìÎ=yèø9$# ÇÑÏÈ
“Sesungguhnya
Tuhanmu, Dia-lah yang Maha Pencipta lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Hijr : 86)
3.
Asma’
Wa Shifat
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya,
sebagaimana yang di terangkan dalam Al-Quran dan Sunnah RasulNya menurut apa
yang pantas bagi Allah SWT, tanpa takwil dan ta’thil, tanpa takyif,
dan tamtsil, berdasarkan firman Allah SWT
}§øs9 ¾ÏmÎ=÷WÏJx. Öäïx« ( uqèdur ßìÏJ¡¡9$# çÅÁt7ø9$# ÇÊÊÈ
Artinya:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Pendengar
lagi lagi Maha Melihat.” QS. Asy-Syura: 11
Allah menafikan jika ada sesuatu yang
menyerupaiNya, dan Dia menetapkan bahwa Dia adalah Maha Mendengar dan Maha
Melihat. Maka Dia diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat yang Dia
berikan untuk diriNya dan dengan nama dan sifat yang disampaikan oleh Rasulnya.
Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam hal ini tidak boleh dilanggar, karena tidak
seorangpun yang lebih mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada
sesudah Allah orang yang lebih mengetahui Allah daripada RasulNya. Maka
barangsiapa yang mengingkari nama-nama Allah dan sifat-sifatNya atau menamakan
Allah dan menyifatiNya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhlukNya, atau men takwi
kan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa
ilmu dan berdusta terhadap Allah dan RasulNya.
IV.
KESIMPULAN
Eksistensi Tuhan, menurut Muhammad Shalih bahwa Tuhan adalah esa
dalam zat, sifat, dan perbuatanNya, bersifat sempurna (Kamalat), maha suci dari
sifat dan kekuranganNya (Naqais), zat yang memiliki sifat sempurna dan mulia,
sifat yang menyebabkan terwujudnya segala sesuatu selainNya, bersifat rahman
dan rahim.
Nama-nama Rabb menunjukan sifat-sifat kesempurnaanNya, karena ia
diambil dari sifat-sifatnya. Jadi ia adalah nama sekaligus sifat dan karena
itulah ia menjadi husna.
Macam-macam ilmu tauhid yaitu: Tauhid Rububiyah (mengesakan Allah
SWT dalam segala perbuatanNya, dengan menyakini bahwa Dia sendiri yang
menciptakan segenap makhluk), Tauhid Uluhiyah atau ubudiyah (mengiktikadkan
bahwa Allah sendirilah yang berhak disembah dan yang berhak dituju oleh semua
hambanya, atau hanya Allah-lah yang berhak menerima semua peribadatan makhluk
dan yang harus disembah).
V.
PENUTUP
Demikianmakalah yang kami buat.Dalam penyusunan makalah ini, kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi. Kami berharap bagi pembaca dapat berkenan
memberikan kritik dan saran yang membangun, demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat, amin
[1] Choiruddin
Hadhiri, Kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2005, hlm. 10
[2] Tengku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999, Hlm. 171-172
[3] Ghazali Munir,
Tuhan, Manusia dan Alam dalam Pemikiran Kalam Muhammad Shalih As-Samarani,
Semarang: RaSAIL Media Group, 2008, Hlm. 99
[4] Ahmad Bahjat, Allah
fi al-Islamiyyah: Risalah Jadidah fi at-Tauhid, Bandung: Pustaka Hidayah,
hlm. 274
[5] Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, At-Tauhid
Lish-Shaffil Awwal Al-Ali, Jakarta: Akafa Press. 1998 hlm. 101-105
[6] Hamzah Ya’qub,
Ilmu Ma’rifah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001, hlm.78-80
[7] Hamzah Ya’qub,
Ilmu Ma’rifah, hlm. 7
[8] Zainuddin, Ilmu
Tauhid Lengkap, Jakarta: PT. Rineka cipta, 1992, hlm. 17
[9] Shalih Bin Fauzan,
At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Ali, hlm. 19-20
[10] Zainuddin, Ilmu
Tauhid Lengkap, hlm.20-21
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fauzan,
Shalih bin Fauzan bin Abdullah. At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali.
Jakarta: Akafa
Press.
1998.
As-Shiddieqy,
Tengku Muhammad Hasbi, dkk. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam.
Semarang:
pustaka rizki putra. 1999.
Bahjat, Ahmad. Allah
fi al-Islamiyyah: Risalah Jadidah fi at-Tauhid. Bandung: Pustaka
Hidayah.
1998.
Hadhiri,
Choiruddin. Kandungan Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insan. 2005.
Munir, Ghazali.
Tuhan, Manusia dan Alam dalam Pemikiran Kalam Muhammad Shalih As-
Samarani. Semarang: RaSAIL Medi Group. 2008
Ya’qub,
Hamzah. Ilmu Ma’rifah. Jakarta:
Pedoman ilmu jaya. 2001.
Zainuddin. Ilmu
Tauhid Lengkap. Jakarta: PT. Rineka cipta. 1992.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar