Sabtu, 13 Desember 2014

Makalah tafsir



TAFSIR AL-FATIHAH
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tafsir
Dosen Pengampu: Dr. Musthofa Rahman, M. Ag

Disusun Oleh:
1. Alfina Zulfa                                    133311012
2. Nurul Qomariyah               133311026
3. Zulaekhatus Sofiyah           133311032
4. Durrotun Nafisah                133311036

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014


I.                 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Surat Al-Fatihah sebagi surat pertama dalam Al-qur’an dan dibaca 17 kali setiap hari mempuyai banyak pokok pembahasan yang tidak semua orang tahu. Karena, kita terkadang hanya membaca tanpa tahu apa makna yang ada didalamnya. Ibadah atau beramal tanpa tahu makna yang tersirat didalamnya terrasa belum afdhol, karena tidak akan membekas didalam diri kita. Semua orang tahu bahwa al-Fatihah adalah pembuka surat dan menjadi induk dari semua surat. Akan tetapi, tiadak semua orang tahu mengapa disebut induk dari semua surat yang ada dalam al-Qur’an. Tidak semua oaring tahu mengaa surat al-Fatihah begitu dimuliakan.
Setiap doa yang kita lantuntakan, entah diawal ataupun diakhir doa. Maka, akan tercantum surat Al-Fatihah sebagai pembuka doa dan penutup doa kita. Namun, kita tidak tahu sebenarnya bagaimana kedudukan al-Fatihah dalam Alquran. Mengapa demikian dan mengapa dibaca demikian. Kiata tidak mau tahu menahu soal yang sedemikian panjangnya. Sehingga, makana al-Fatihah hanya dibibir saja.
Oleh karena itu, pembahasan kali ini kan membahas tentang tafsir surat Al-Fatihah. Agar tidak ada lagi membaca surat ini dengan tidak mengatahu ajaran apa yang terkandung dan makna apa yang tersirat.
B.    Rumusan Masalah
1.     Bagimana Kedudukan Surat al-Fatihah dalam al-Qur’an ?
2.     Bagaimana Ajaran Keimana dalam Surat al-Fatihah ?
3.     Bagiamana Ajaran Ibadah dalam Surat al-Fatihah ?
4.     Bagiamana Ajaran hukum agama (syariat) dalam Surat al-Fatihah ?
5.     Bagiamana  Ajaran Kisah dalam Surat al-Fatihah ?
II.               PEMBAHASAN
1.     Kedudukan Surat al-Fatihah dalam al-Qur’an
Surat ini turun di Makkah sebelum nabi SAW. Berhijrah. Jumalah ayatnya disepakati sebanyak tujuh ayat, kendati ulama berbeda pendapat menyangkut Basmalah pada awalnya, apakah ia bagian dari surat ini atau bukan.
Al-Fatihah yang merupakan mahkota tuntutan ilahi, dinamai juga ummu al-Qur’an dan ummu al-Kitab karena ia adalah induk semua ayat al-Qur’an. Al-Fatihah juga adalah as-Sab’al-Matsani, dalam arti tujuh ayatnya diulang-ulang, bukan saja dalam setiap rakaat shalat, tetapi juga kandungan ketujuh ayatnya itu diulang dan dirinci oleh seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang berjumlah enam ribu ayat itu. Surat ini memiliki lebih dari dua puluh nama, tetapi yang paling populer dan dikenal pada masa Nabi SAW adalah nama-nama yang disebut di atas.
Al-Fatihah adalah pengajaran bagi umat manusia. Bahkan Allah mendiktekan kalimat-kalimat surat ini untuk diucapkan oleh manusia. Dengan memulai kitab-Nya dengan Basmalah, Allah SWT. Juga mengajarkan manusia untuk memulai setiap kegiatan mereka dengan Basmalah yang mengandung makna permintaan pertolongan agar kegiatan itu direstui dan disukung oleh-Nya karena tiada daya dan upaya dapat berhasi tanpa dukunganNya.
Allah adalah Rabb al-Alamin, pemelihara seluruh alam, pemeliharaan-Nya itu bukan kepentingan-Nya, tetapi semata-matakeran sifat Rahman-Nya yang tercurah kepada seluruh makhluk dalam kehidupan dunia dan sifat Rahim-Nya yang Dia anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang taat, lebih-lebih di hari Kemudian nanti. Dialah Pemilik Hari pembalasan yang ketika itu sangat menonjol kuasa-Nya.
Atas dasar sifat-sifat dan kuasa-Nya, maka Dia wajar, bahkan berhak dan harus disembah dan dimintai pertolongan, dan kerana itu yang maha Pengasih tersebut mengajar umat manusia untuk hanya mengabdi dan ahnya memohon kepada-Nya dlam segala hal, termasuk untuk keberhasilan pengambdian itu.
Tentu saja diperlukan jalan yang ditelusuri ke sana, dan karena itu pula manusia diajar-Nya untuk bermohon bukan saja ditunjuki jalan iyu, tetapi dibimbing hingga benar-benar berhasil menelusuri jalan tersebut yang dilukiskanNya sebagai Shirath al-mustaqim, yakni jalan luas, lebar, dan lurus. Itulah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah diberi nikmat, yaitu jalan para Nabi, as-shiddiqin, asy-syuhada’, dan orang-orang saleh. Bukan jalan orang-orang yang dimurkai, yakni mereka yang telah mengetahui kebenaran, tetapi enggan menelusurinya. Bukan juga jalan orang-orang yang sesat karena tidak mengetahui arah yang benar. [1]

2.     Ajaran Keimana dalam Surat al-Fatihah
Surat Al-Fatihah berisi tentang pokk-pokok ajaran keimanan, yaitu beriman kepda Allah dan hari Akhir. Pada surat ini juga diperkenalkan nama-nama keesan Allah yang diwakili dengan sebutan `»uH÷q§9$# (maha pengasih) dan ÉOŠÏm§9$# (maha penyayang) dan diulang masing-masing sebayak 2 kali dan perbuatan Allah yang diwakili oleh lafadúüÏJn=»yèø9$# Uu(yang mengiasai, memlihara, membina, mendidik, mengarahkjan seluruh alam). Disebutkan pula hari akhir yang diwakili olehÉúïÏe$!$#Å ÏQöqtƒ 7Î=»tB (yang menguasai hari pembalasan). Pemakalah akan membahas satu demi satu ayat Alfatihah yang berhubungan dengan keimanan.
a.      ÉOŠÏm§9$#`»uH÷q§9$# «!$# Oó¡Î0 danÉ OŠÏm§9$#  Ç`»uH÷q§9$#
dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi MAha penyayang dan (Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) (Qs. Al-Fathihah: 1 dan 3)
kita tidak akan membahas perbadaan apakah bismillah sebagia dalam ayat surat al- Fatihah atau bukan. Waktu kita akan tersita oleh pembahasan yang sangat panjang itu. Karena, pendapat yang kuat telah dikemukakan berdasarkan surat al-Hijr : 87 “ sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-quraan yang agung” berdasarkan ayat tersebut pemakalah menyimpulan bahwa bissmilah adalah bagian ayat dalam surat Al-Fatihah.
Setiap orang hendaknya selalu berkata, “ aku memulai (segala sesuatu) dengan memohan pertolaongan kepada  Allah, bertakwa kepada-Nya, dan menyebut nama-Nya” kerena, sesungguhnya nama-nama Allah merupakan nama-nama yang paling agung dan mulia yang menjukukan kesempurnaan uluhiyyah-Nya untuk disembah.[2]
Ar-Rahman yang memiliki arti maha pengasih memiliki makna zat yang keluasan rahmat-Nya meliputi semua makhluk. Adapun Ar- Rokhim (yang maha penyayang) artinya bahwa dia menyayangi para kekasih-Nya yang terdiri dari pada nabi dan orang-orang sholeh.
Nama-nama dan sifat-sifat Allah itu menggambarkan apa yang sebenarnya tentang Allah. Adapun maksud dari setiap nama dan sifat tersebut telah dijelaskan oleh Al-quran dan As-Sunnah. Adapun dari sisi riwayat, ditemukan sejumlah pendapat berbeda, diantara adalah riwayat no.148 dalam tafsir Ath-thobari : As-Sari bin Yahya At-Tamimi menceritakan kepadaku ia berkata: Utsman bin Zufar menceritakan kepada kami, ia berkata: aku mendengarkan Al Arzami menkwilkan ayat OŠÏm§9$#  Ç`»uH÷q§9$# ia berkata : Ç`»uH÷q§9$# (yang Maha pengasih ) meliputi seluruh mahluk, sedangkan  OŠÏm§9$#  (yang Maha penyayang) khusus orang-oarang yang beriman. Dalam riwayat yang lain mengartikan makna : Ç`»uH÷q§9$# Maha pengasih didunia saja dan  OŠÏm§9$# Maha penyayang di dunia dan di akhirat. Kedua pendapat tersebut tidak ada yang salah. Karena, kepada siapa Allah akan membrikan belaskasih-Nya itu kehendak Allah hanya dia yang tahu mana yang pantas diberi.  
Hal ini sejalan dengan kaidah tasawwur paham konsepsi ide islam yang paling besar bahwa Allah adalah “yang pertama dan yang terakhir, yang Maha nyata dan yang Maha tersembunyi”[3] yang bermaksudkan hanya Allah yang yang Maha benar dan memiliki kedua nama-nama itu, dalam pembahasan kali ini adalah sifat Ar-rahman dan Ar-rohim. Mungkin saja ada seoerang hamba yang memilki salah satu sifat itu akan tetapi hanya bagian paling kecil dari rahmat dan rohim-Nya. Karena tiada yang menyamai dan menyerupakan Allah.
Namun, pokok keimanan ini tidak menyinggung masalah zat Tuhan karena hal ini termasuk masalah yang tidak mungkin dijangkau oelh panca indera dan akal manusia yang terbatas. Para pakar pendidikan perpendapat bahwa komponen keimana haruslah diutamakan dalam pembelajaran dengan mengarkan segala perbuatan menuju ibadah.

b.     šúüÏJn=»yèø9Uu¬! Å_$ßôJysø9$#
segala Puji bagi Allah tuhan Semesta Alam (Al-Fatihah:2)
pujian bagi Allah haruslah bersifat sempurna. Dia adalah Zat yang Maha Terpuji dalam segala hal dan keadaan. Kasih sayang -Nya merupakan karunia –Nya dan azab-Nya merupakan wujud keadila-Nya. Dia adalah Tuhan yang menciptakan dan memberikan rezki, memelihara semua mahluk secara umum dan menjaga para kekasih-Nya dengan iman dan ilmu secara khusus. Oleh karena itu, dia berhak untuk dipuji. Dia-lah zat yang Maha Sempurna dan membutuhkan kepada yang lain, sedangkan yang lainya membutuhkan –Nya.
Pengertian ôJysø9$# (segala puji ) menurut pendapat yang masyhur adalah pujian dengan lisan terhadap sesuatu yang indah, baik berkaitan dengan keutamaan atau yang diutamakan. Selain itu ôJysø9$# adalah mubtada’ yang dibaca Rafa’ sedangan ! adalah khobar-nya. KataUu adalah masdar yang bermakna pemelihara, yaitu mengantarkan sesuatu kepada kesempuraannya sesuai peruntukannya yang azzali. úüÏJn=»yèø9Uu(Tuhan penguasa alam), sebuah hakikat keimanan bahwa Allah adalah pengusa diatas segala-galanya.
c.      úïÏe$!$#ÏQöqtƒ7Î=»tB (yang menguasai hari pembalasan)Al-Fatihah : 4
Dia-lah penguasa hari pembalasan, dikhusukannya hari pembalasan pada kalimat ini adalah untuk memperlihatkan kesepurnaan kekuasaan-Nya atas semua maksluk pada hari itu. Sekalipun tanpa hal ini pun Dia tetap penguasa hakiki hari pembalasan dan seluruh hari-hari yang ada.
            Hari pembalasan adalah suatu hari ketika manusia akan dibalas sesuai dengan perbuatannya, jika ia baik amalnya maka akn dibalas dengan kebaikan dan jika buruk amalnya maka ia akan dibalas dengan keburukan. Oleh karena itu, kita wajib selalu mangingat hari itu dan mempersiapkan bekal untuknya.
            Imam As-Syaukani dalam tafsirnya Fath Al Qadir, berpendapat : firman Allah úïÏe$!$#ÏQöqtƒ7Î=»tB ; dibaca 7Î=»tB (maaliki)bermakna penguasa atau menguasai atau memiliki, 7Î=tB (maliki) bermakna raja; 7Î=tB (malki) bermakna kekuasaan.[4]
Antara 7Î=»tB (maaliki) dan  7Î=tB (maliki )memilki kekhususan masing-masing jika maliki:raja mempunyai kemapuan bertindak yang tidak dimiliki oleh maalik. Sedangkan maaliki yaitu tindakan-tindakan yang merupakan tindakan dari kebijakan malik. Maka. Maalik lebih kuat dari pada malik.

3.     Ajaran Ibadah dalam Surat al-Fatihah
Pokok-pokok ajaran yang berisi tentang ibadah sebagaimana diwakili oleh ayat x ß y ÚúüÏètGó¡nS$­ƒÎ)urç7÷ètR$­ƒÎ) (kepada-Mu kami mengambi dan kepada-Mu kami memohon pertolongan). Kata ibadah yang pada intinya ketundukan utnuk melaksanakan segala perintah Allah mengandung arti yang luas. Yaitu bukan hanya ibadah dalam arti khusus sperti sholat, puasa, zakat, dan haji, melainkan juga ibadah dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas yang dilakukan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan tujuan ikhlas karena Allah SWT. Ibadah dalam arti yang demikian itulah yang harus dijadikan tujuan dalam pendidikan. Dengan cara demikian pendidikan akan memiliki kontribusi dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mampu berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Manusia yang mampu beribadah itulah manusia yang akan memberi manfaat bagi orang lain.[5]
            úüÏètGó¡nS$­ƒÎ)urç7÷ètR$­ƒÎ)  (kepada-Mu kami mengambi dan kepada-Mu kami memohon pertolongan). Syaikh menyatakan bahwa pada ayat ini Allah mengisyaratkan makna nafi yang terkandung dalam kalimat laa ilaaha illallah dengan mendahulukan objeknya, yaitu lafazh$­ƒÎ) (Hanya kepada Engkaulah). Dalam ilmu ushul fiqih, pembahasan tetang dalilul khithab (makna yang tersirat dalam sebuah pembicaraan).
            Allah lalu mengisyaratkan makna itsbaat (penetapan) (dari makna laa ilaaha illallah) dalam firmanya: ç7÷ètR ( kami menyembah). Allah telah menjelaskan secara rinci tentang makna yang terkandung dalam lafazh tersebut

4.     Ajaran Hukum Agama (syariat) dalam Surat al-Fatihah
Ajaran tentang hukum agama (syariat) diwakili oelh ayat keenam surat al-Fatihah x tLìÉ)tGó¡ßJø9$#ÞºuŽÅ_Ç9$#$tRÏ÷d$# (tunjukanlah kami jalan yang lurus). kata $tRÏ÷d$#  (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. Lafad tersebut secara harfiyah mengandung kebutuhan manusia terhadap jalan yang lurus. Sedangan jalan yang lurus sendiri adalah agama dan segenap syariah yang terkandung didalamnya. Agama yang berasal dari Allah yang berfungsi memberikan rahmat yang diperlukan manusia untuk mengatasi berbagai kekurangan didirinya.[6]
Melalui agama ini segenap masalah yang tidak dapat dipecahkan oelah akal manusia dan segenap potensi yang dimilki manusia akan dapat diatasi, seperti masalah kehidupan di akhirat, baik-buruk dan lain sebagainya. Dikalangan aliran teologi Islam dijumpai aliran Mu’taziah yang dikenal sangat rasional. Namun, Aliran ini mengatakan bahwa akal manusia sangat terbatas. Tidak semua permaslahan dapat diatasi oleh akal. Akal tidak mengetahui semua yang baik dan semua yang buruk. Akal tidak akan tahu bagaimana kehidupan diakirat nanti dan bagaimana seharusnya manusia berbuat yang baik. Smeua permasalah terkait dpata diselesaikan melalui agama yang telah diturunkan oleh Allah.
            Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa: ayat keenam surat al-Fatihah jumhur ulama membacanya dengan huruf shad ÞºuŽÅ_Ç9$#. Ada pula yang membacanya dengan huruf siin ada pula yang menggunakan zaai. Al Farra berkata “pembacaan dengan menggunakan huruf zaai dilakukan oleh bani Adzarh, Balqin, dan Kalb”[7].
Imam Abu ja’far ath-Thabrani berkata “ semua ulama ahli takwil(tafsir) sepakat bahwa makna ayat tersebut adalah jalan yang jelas, tidak ada penyimpangan didalamnya.” Ulama kholaf adan ulama salaf brbeda pendapat tentang makna ash-shirath walau semua berpendapat mereka bermuara kepada satu makna, yaaitu; mentaati Allah dan Rosul-Nya ada satu riyawat mengatakan bahwa ash-shirah adalah kitabullah.
Sesungguhnya seorang hamba pada setiap waktu dan kondisi membutuhkan Allah untuk menjadikan tetap konsisten diatas petunjuk Allah, agar senatiasa teguh diatasnya, senantiasa sadar dan memohon kepada-Nya, sehingga mendapatkan tambahannya serta memohon kesinambungannya sebab dia sama sekali tidak dapat memberikan manfaat atau bahaya bagi dirinya sendiri, kecuali Allah menghendaki, sehingga Allah memberikan taufik untuk memohon kepada-Nya. Seorang yang berjalan lurus mematuhi aturan Allah dan utusannya serta menjauhi dengan apa yang dilarangnya, maka ia akan selamat dunia dan akhiratnya.
5.     Ajaran Kisah dalam Surat al-Fatihah
xûüÏj9!$žÒ9 Ÿwur OÎgøn=tæ ÅUqàÒøóyJø9$# $#Žöxî öNÎgøn=tã MôJyè÷Rr& tûïÏ%©!$# ÞºuŽÅÀ ((yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat).
Ayat terakhir ini menjelaskan tentang pengisahan orang-orang yang dirahmati Allah  dan mendapatkan kenikmatan dari Allah serta orang-orang yang dilaknat oleh Allah dan mendapatkan keburukan-keburukan-Nya seperti orang-orang kafir. Memalui ayat ini diharapkan agar mengetuk pintu hari manusia agar menjadi oaring yang baik, tidak menjadi orang yang buruk.
            Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman Allah öNÎgøn=tã MôJyè÷Rr& tûïÏ%©!$# ÞºuŽÅÀ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;), ia berkata “maksud dari adalah jalan mereka yang telah engkau beri nikmat kepadanya dari kalangan malaikat, para nabi, para shiddiqin. Para syuhada, orang-orang salih, dan orang-orang yang menanti-Mu dan menyembah-Mu”. Namun ada juga yang mengartikannya adalah para nabi. Sedangkan  OÎgøn=tæ ÅUqàÒøóyJø9$# $#Žöxî (bukan jalan merek yang dimukai) menurut Abd bin Humaid, ia berkata; yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang-orang Yahudi. Sedangakan kataxûüÏj9!$žÒ9 Ÿwur yang dimaksud adalah orang-orang Nasrani.
            Ibnu Al-Anbari meriwayatkan dari Al-Hassan, bahwa ia membaca ‘alaihimi dengan mengkasrohkan huruf ha’ dan mim, serta menetapkan huruf ya. Diriwayatnya yang lain dari Al A’raj, bahwa ia membaca ‘alaihumu, dengan meng-kasroh-kan huruf ha’  meng-dhammah­-kan huruf mim, serta menyertakan huruf wawu. Sedangan riwayatnya dari Abu Ishaq membacanya dengan men-dhamah-kan huruf ha’ dan mim, tanpa menyertakan huruf wawu.(‘alaihumu).[8]
            Ayat terakhir surat alfatihah ini juaga menjadi dalil bahwa manusia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu;
a.      Kelompok manusia yang diberi nikamt oleh Allah, sehingga mereka mendapatkan petunjuk kearah yang kebeneran, baik secara ilmu amaupun amal.
b.     Kelompok manusia yang dimurkai Allah. Mereka mendapat petunjuk berupa ilmu pengetahuan tetapi mereka tidak mau mengamalkannya, bahkan menolaknya.
c.      Kelompok manusia yang sesat. Mereka tidak mendapatkan petunjuk kerah kebenaran, baik secara ilmu maupun amal, sehingga mereka beribadah kepada Allah tanpa ilmu.
III.             SIMPULAN
1.     Kedudukan Surat al-Fatihah dalam al-Qur’an
2.     Ajaran Keimana dalam Surat al-Fatihah
3.     Ajaran Ibadah dalam Surat al-Fatihah
4.     Ajaran Hukum Agama (syariat) dalam Surat al-Fatihah
5.     Ajaran Kisah dalam Surat al-Fatihah



[1] M.Quraish Shihab, Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surat Al-Qur’an,(Ciputat: lentera Hati, 2012), hlm.3-4
[2] ‘Aidh al-Qarni/At-Tafsiru Muyassar penerjemah tim Qisthi Press, (Jakarta Timur; Qisthi Press, 2008) Hlm. 7
[3] Sayyid Quthub Fi Zhillalil-Qur’an (Jakarta ; Gema Insani,2000)
[4] Abu Zahwa, Tafsir Surat Al-Fatihah Menurut 10 Ulama Besar Dunia (Jakarta;Pustaka Azzam, 2010) Hlm. 525-526
[5] Abuddin Nata,  Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.31
[6] Abuddin Nata,  Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.32

[7] Abu Zahwa, Tafsir Surat Al-Fatihah Menurut 10 Ulama Besar Dunia (Jakarta;Pustaka Azzam, 2010) Hlm. 662
[8]Abu Zahwa, Tafsir Surat Al-Fatihah Menurut 10 Ulama Besar Dunia (Jakarta;Pustaka Azzam, 2010) Hlm. 717

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar