TAFSIR
AL-FATIHAH
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tafsir
Dosen Pengampu: Dr. Musthofa Rahman, M. Ag
Disusun Oleh:
1. Alfina Zulfa 133311012
2. Nurul Qomariyah 133311026
3. Zulaekhatus Sofiyah 133311032
4. Durrotun Nafisah 133311036
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surat Al-Fatihah sebagi surat pertama dalam
Al-qur’an dan dibaca 17 kali setiap hari mempuyai banyak pokok pembahasan yang
tidak semua orang tahu. Karena, kita terkadang hanya membaca tanpa tahu apa
makna yang ada didalamnya. Ibadah atau beramal tanpa tahu makna yang tersirat
didalamnya terrasa belum afdhol, karena tidak akan membekas didalam diri
kita. Semua orang tahu bahwa al-Fatihah adalah pembuka surat dan menjadi induk
dari semua surat. Akan tetapi, tiadak semua orang tahu mengapa disebut induk
dari semua surat yang ada dalam al-Qur’an. Tidak semua oaring tahu mengaa surat
al-Fatihah begitu dimuliakan.
Setiap doa yang kita lantuntakan, entah
diawal ataupun diakhir doa. Maka, akan tercantum surat Al-Fatihah sebagai
pembuka doa dan penutup doa kita. Namun, kita tidak tahu sebenarnya bagaimana
kedudukan al-Fatihah dalam Alquran. Mengapa demikian dan mengapa dibaca
demikian. Kiata tidak mau tahu menahu soal yang sedemikian panjangnya.
Sehingga, makana al-Fatihah hanya dibibir saja.
Oleh karena itu, pembahasan kali ini kan
membahas tentang tafsir surat Al-Fatihah. Agar tidak ada lagi membaca surat ini
dengan tidak mengatahu ajaran apa yang terkandung dan makna apa yang tersirat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagimana Kedudukan Surat al-Fatihah dalam
al-Qur’an ?
2. Bagaimana Ajaran Keimana dalam Surat
al-Fatihah ?
3. Bagiamana Ajaran Ibadah dalam Surat
al-Fatihah ?
4. Bagiamana Ajaran hukum agama (syariat) dalam Surat al-Fatihah ?
5. Bagiamana
Ajaran Kisah dalam Surat al-Fatihah ?
II.
PEMBAHASAN
1. Kedudukan Surat al-Fatihah dalam al-Qur’an
Surat
ini turun di Makkah sebelum nabi SAW. Berhijrah. Jumalah ayatnya disepakati
sebanyak tujuh ayat, kendati ulama berbeda pendapat menyangkut Basmalah
pada awalnya, apakah ia bagian dari surat ini atau bukan.
Al-Fatihah
yang merupakan mahkota tuntutan ilahi, dinamai juga ummu al-Qur’an dan ummu
al-Kitab karena ia adalah induk semua ayat al-Qur’an. Al-Fatihah juga adalah as-Sab’al-Matsani,
dalam arti tujuh ayatnya diulang-ulang, bukan saja dalam setiap rakaat shalat,
tetapi juga kandungan ketujuh ayatnya itu diulang dan dirinci oleh seluruh
ayat-ayat al-Qur’an yang berjumlah enam ribu ayat itu. Surat ini memiliki lebih
dari dua puluh nama, tetapi yang paling populer dan dikenal pada masa Nabi SAW
adalah nama-nama yang disebut di atas.
Al-Fatihah
adalah pengajaran bagi umat manusia. Bahkan Allah mendiktekan kalimat-kalimat
surat ini untuk diucapkan oleh manusia. Dengan memulai kitab-Nya dengan Basmalah,
Allah SWT. Juga mengajarkan manusia untuk memulai setiap kegiatan mereka dengan
Basmalah yang mengandung makna permintaan pertolongan agar kegiatan itu
direstui dan disukung oleh-Nya karena tiada daya dan upaya dapat berhasi tanpa
dukunganNya.
Allah
adalah Rabb al-Alamin, pemelihara seluruh alam, pemeliharaan-Nya itu
bukan kepentingan-Nya, tetapi semata-matakeran sifat Rahman-Nya yang
tercurah kepada seluruh makhluk dalam kehidupan dunia dan sifat Rahim-Nya
yang Dia anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang taat, lebih-lebih di hari
Kemudian nanti. Dialah Pemilik Hari pembalasan yang ketika itu sangat menonjol
kuasa-Nya.
Atas
dasar sifat-sifat dan kuasa-Nya, maka Dia wajar, bahkan berhak dan harus
disembah dan dimintai pertolongan, dan kerana itu yang maha Pengasih tersebut
mengajar umat manusia untuk hanya mengabdi dan ahnya memohon kepada-Nya dlam
segala hal, termasuk untuk keberhasilan pengambdian itu.
Tentu
saja diperlukan jalan yang ditelusuri ke sana, dan karena itu pula manusia
diajar-Nya untuk bermohon bukan saja ditunjuki jalan iyu, tetapi dibimbing
hingga benar-benar berhasil menelusuri jalan tersebut yang dilukiskanNya
sebagai Shirath al-mustaqim, yakni jalan luas, lebar, dan lurus. Itulah jalan
yang ditempuh oleh orang-orang yang telah diberi nikmat, yaitu jalan para Nabi,
as-shiddiqin, asy-syuhada’, dan orang-orang saleh. Bukan jalan
orang-orang yang dimurkai, yakni mereka yang telah mengetahui kebenaran, tetapi
enggan menelusurinya. Bukan juga jalan orang-orang yang sesat karena tidak
mengetahui arah yang benar. [1]
2. Ajaran Keimana dalam Surat al-Fatihah
Surat Al-Fatihah berisi tentang pokk-pokok ajaran keimanan, yaitu
beriman kepda Allah dan hari Akhir. Pada surat ini juga diperkenalkan nama-nama
keesan Allah yang diwakili dengan sebutan `»uH÷q§9$# (maha pengasih) dan ÉOÏm§9$# (maha penyayang) dan diulang masing-masing sebayak 2 kali dan perbuatan
Allah yang diwakili oleh lafadúüÏJn=»yèø9$# Uu(yang mengiasai, memlihara, membina, mendidik, mengarahkjan seluruh alam). Disebutkan pula
hari akhir yang diwakili olehÉúïÏe$!$#Å ÏQöqt 7Î=»tB (yang menguasai hari pembalasan).
Pemakalah akan membahas satu demi satu ayat Alfatihah yang berhubungan dengan
keimanan.
a.
ÉOÏm§9$#`»uH÷q§9$# «!$# Oó¡Î0 danÉ OÏm§9$# Ç`»uH÷q§9$#
dengan menyebut nama Allah yang Maha
pengasih lagi MAha penyayang dan (Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) (Qs. Al-Fathihah: 1
dan 3)
kita tidak akan membahas perbadaan
apakah bismillah sebagia dalam ayat surat al- Fatihah atau bukan. Waktu
kita akan tersita oleh pembahasan yang sangat panjang itu. Karena, pendapat
yang kuat telah dikemukakan berdasarkan surat al-Hijr : 87 “ sesungguhnya
kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan
Al-quraan yang agung” berdasarkan ayat tersebut pemakalah menyimpulan bahwa
bissmilah adalah bagian ayat dalam surat Al-Fatihah.
Setiap orang hendaknya selalu
berkata, “ aku memulai (segala sesuatu) dengan memohan pertolaongan kepada Allah, bertakwa kepada-Nya, dan menyebut
nama-Nya” kerena, sesungguhnya nama-nama Allah merupakan nama-nama yang paling
agung dan mulia yang menjukukan kesempurnaan uluhiyyah-Nya untuk
disembah.[2]
Ar-Rahman yang memiliki arti maha
pengasih memiliki makna zat yang keluasan rahmat-Nya meliputi semua makhluk.
Adapun Ar- Rokhim (yang maha penyayang) artinya bahwa dia menyayangi para
kekasih-Nya yang terdiri dari pada nabi dan orang-orang sholeh.
Nama-nama dan sifat-sifat Allah itu menggambarkan apa yang
sebenarnya tentang Allah. Adapun maksud dari setiap nama dan sifat tersebut
telah dijelaskan oleh Al-quran dan As-Sunnah. Adapun dari sisi riwayat,
ditemukan sejumlah pendapat berbeda, diantara adalah riwayat no.148 dalam tafsir
Ath-thobari : As-Sari bin Yahya At-Tamimi menceritakan kepadaku ia berkata:
Utsman bin Zufar menceritakan kepada kami, ia berkata: aku mendengarkan Al
Arzami menkwilkan ayat OÏm§9$# Ç`»uH÷q§9$# ia berkata : Ç`»uH÷q§9$# (yang Maha pengasih )
meliputi seluruh mahluk, sedangkan OÏm§9$# (yang
Maha penyayang) khusus orang-oarang yang beriman. Dalam riwayat yang lain
mengartikan makna : Ç`»uH÷q§9$# Maha pengasih didunia saja dan OÏm§9$# Maha penyayang di dunia dan di
akhirat. Kedua pendapat tersebut tidak ada yang salah. Karena, kepada siapa
Allah akan membrikan belaskasih-Nya itu kehendak Allah hanya dia yang tahu mana
yang pantas diberi.
Hal ini sejalan dengan kaidah tasawwur paham konsepsi ide islam
yang paling besar bahwa Allah adalah “yang pertama dan yang terakhir, yang
Maha nyata dan yang Maha tersembunyi”[3]
yang bermaksudkan hanya Allah yang yang Maha benar dan memiliki kedua nama-nama
itu, dalam pembahasan kali ini adalah sifat Ar-rahman dan Ar-rohim. Mungkin
saja ada seoerang hamba yang memilki salah satu sifat itu akan tetapi hanya
bagian paling kecil dari rahmat dan rohim-Nya. Karena tiada yang menyamai dan
menyerupakan Allah.
Namun, pokok keimanan ini tidak menyinggung
masalah zat Tuhan karena hal ini termasuk masalah yang tidak mungkin dijangkau
oelh panca indera dan akal manusia yang terbatas. Para pakar pendidikan
perpendapat bahwa komponen keimana haruslah diutamakan dalam pembelajaran
dengan mengarkan segala perbuatan menuju ibadah.
b. úüÏJn=»yèø9Uu¬! Å_$ßôJysø9$#
segala Puji bagi Allah tuhan Semesta Alam (Al-Fatihah:2)
pujian bagi Allah haruslah bersifat
sempurna. Dia adalah Zat yang Maha Terpuji dalam segala hal dan keadaan. Kasih
sayang -Nya merupakan karunia –Nya dan azab-Nya merupakan wujud keadila-Nya.
Dia adalah Tuhan yang menciptakan dan memberikan rezki, memelihara semua mahluk
secara umum dan menjaga para kekasih-Nya dengan iman dan ilmu secara khusus.
Oleh karena itu, dia berhak untuk dipuji. Dia-lah zat yang Maha Sempurna dan
membutuhkan kepada yang lain, sedangkan yang lainya membutuhkan –Nya.
Pengertian ôJysø9$# (segala puji ) menurut pendapat yang
masyhur adalah pujian dengan lisan terhadap sesuatu yang indah, baik berkaitan
dengan keutamaan atau yang diutamakan. Selain itu ôJysø9$# adalah mubtada’ yang dibaca Rafa’
sedangan ! adalah khobar-nya. KataUu adalah masdar yang bermakna pemelihara,
yaitu mengantarkan sesuatu kepada kesempuraannya sesuai peruntukannya yang
azzali. úüÏJn=»yèø9Uu(Tuhan penguasa alam), sebuah
hakikat keimanan bahwa Allah adalah pengusa diatas segala-galanya.
c. úïÏe$!$#ÏQöqt7Î=»tB (yang menguasai hari pembalasan)Al-Fatihah : 4
Dia-lah penguasa hari pembalasan,
dikhusukannya hari pembalasan pada kalimat ini adalah untuk memperlihatkan
kesepurnaan kekuasaan-Nya atas semua maksluk pada hari itu. Sekalipun tanpa hal
ini pun Dia tetap penguasa hakiki hari pembalasan dan seluruh hari-hari yang
ada.
Hari
pembalasan adalah suatu hari ketika manusia akan dibalas sesuai dengan
perbuatannya, jika ia baik amalnya maka akn dibalas dengan kebaikan dan jika
buruk amalnya maka ia akan dibalas dengan keburukan. Oleh karena itu, kita
wajib selalu mangingat hari itu dan mempersiapkan bekal untuknya.
Imam
As-Syaukani dalam tafsirnya Fath Al Qadir, berpendapat : firman Allah úïÏe$!$#ÏQöqt7Î=»tB ; dibaca 7Î=»tB (maaliki)bermakna penguasa atau
menguasai atau memiliki, 7Î=tB (maliki) bermakna raja; 7Î=tB (malki) bermakna kekuasaan.[4]
Antara 7Î=»tB (maaliki) dan 7Î=tB (maliki )memilki kekhususan
masing-masing jika maliki:raja mempunyai kemapuan bertindak yang tidak dimiliki
oleh maalik. Sedangkan maaliki yaitu tindakan-tindakan yang
merupakan tindakan dari kebijakan malik. Maka. Maalik lebih kuat
dari pada malik.
3. Ajaran Ibadah dalam Surat al-Fatihah
Pokok-pokok ajaran yang berisi tentang ibadah sebagaimana diwakili
oleh ayat x ß y ÚúüÏètGó¡nS$Î)urç7÷ètR$Î) (kepada-Mu kami
mengambi dan kepada-Mu kami memohon pertolongan). Kata ibadah yang pada
intinya ketundukan utnuk melaksanakan segala perintah Allah mengandung arti
yang luas. Yaitu bukan hanya ibadah dalam arti khusus sperti sholat, puasa,
zakat, dan haji, melainkan juga ibadah dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas
yang dilakukan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan tujuan
ikhlas karena Allah SWT. Ibadah dalam arti yang demikian itulah yang harus
dijadikan tujuan dalam pendidikan. Dengan cara demikian pendidikan akan
memiliki kontribusi dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mampu berkiprah
di tengah-tengah masyarakat. Manusia yang mampu beribadah itulah manusia yang
akan memberi manfaat bagi orang lain.[5]
úüÏètGó¡nS$Î)urç7÷ètR$Î) (kepada-Mu kami mengambi dan kepada-Mu kami
memohon pertolongan). Syaikh menyatakan bahwa pada ayat ini Allah
mengisyaratkan makna nafi yang terkandung dalam kalimat laa ilaaha
illallah dengan mendahulukan objeknya, yaitu lafazh$Î) (Hanya kepada Engkaulah). Dalam ilmu ushul fiqih, pembahasan
tetang dalilul khithab (makna yang tersirat dalam sebuah pembicaraan).
Allah lalu mengisyaratkan makna itsbaat
(penetapan) (dari makna laa ilaaha illallah) dalam firmanya: ç7÷ètR ( kami menyembah). Allah telah menjelaskan secara rinci
tentang makna yang terkandung dalam lafazh tersebut
4. Ajaran Hukum Agama (syariat) dalam Surat al-Fatihah
Ajaran tentang hukum agama (syariat) diwakili oelh ayat keenam surat
al-Fatihah x tLìÉ)tGó¡ßJø9$#ÞºuÅ_Ç9$#$tRÏ÷d$# (tunjukanlah kami jalan yang lurus).
kata $tRÏ÷d$# (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi
petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar
memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. Lafad tersebut secara harfiyah mengandung kebutuhan
manusia terhadap jalan yang lurus. Sedangan jalan yang lurus sendiri adalah
agama dan segenap syariah yang terkandung didalamnya. Agama yang berasal dari
Allah yang berfungsi memberikan rahmat yang diperlukan manusia untuk mengatasi
berbagai kekurangan didirinya.[6]
Melalui agama ini segenap masalah yang tidak dapat
dipecahkan oelah akal manusia dan segenap potensi yang dimilki manusia akan
dapat diatasi, seperti masalah kehidupan di akhirat, baik-buruk dan lain
sebagainya. Dikalangan aliran teologi Islam dijumpai aliran Mu’taziah yang
dikenal sangat rasional. Namun, Aliran ini mengatakan bahwa akal manusia sangat
terbatas. Tidak semua permaslahan dapat diatasi oleh akal. Akal tidak
mengetahui semua yang baik dan semua yang buruk. Akal tidak akan tahu bagaimana
kehidupan diakirat nanti dan bagaimana seharusnya manusia berbuat yang baik.
Smeua permasalah terkait dpata diselesaikan melalui agama yang telah diturunkan
oleh Allah.
Ibnu Katsir dalam
tafsirnya, menjelaskan bahwa: ayat keenam surat al-Fatihah jumhur ulama
membacanya dengan huruf shad ÞºuÅ_Ç9$#. Ada pula yang membacanya dengan huruf siin
ada pula yang menggunakan zaai. Al Farra berkata “pembacaan dengan
menggunakan huruf zaai dilakukan oleh bani Adzarh, Balqin, dan Kalb”[7].
Imam Abu ja’far ath-Thabrani berkata “ semua ulama
ahli takwil(tafsir) sepakat bahwa makna ayat tersebut adalah jalan yang jelas,
tidak ada penyimpangan didalamnya.” Ulama kholaf adan ulama salaf brbeda
pendapat tentang makna ash-shirath walau semua berpendapat mereka
bermuara kepada satu makna, yaaitu; mentaati Allah dan Rosul-Nya ada satu
riyawat mengatakan bahwa ash-shirah adalah kitabullah.
Sesungguhnya seorang hamba pada setiap
waktu dan kondisi membutuhkan Allah untuk menjadikan tetap konsisten diatas
petunjuk Allah, agar senatiasa teguh diatasnya, senantiasa sadar dan memohon
kepada-Nya, sehingga mendapatkan tambahannya serta memohon kesinambungannya
sebab dia sama sekali tidak dapat memberikan manfaat atau bahaya bagi dirinya
sendiri, kecuali Allah menghendaki, sehingga Allah memberikan taufik untuk
memohon kepada-Nya. Seorang yang berjalan lurus mematuhi aturan Allah dan
utusannya serta menjauhi dengan apa yang dilarangnya, maka ia akan selamat
dunia dan akhiratnya.
5. Ajaran Kisah dalam Surat al-Fatihah
xûüÏj9!$Ò9 wur OÎgøn=tæ ÅUqàÒøóyJø9$# $#öxî öNÎgøn=tã MôJyè÷Rr& tûïÏ%©!$# ÞºuÅÀ ((yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat).
Ayat terakhir ini menjelaskan tentang
pengisahan orang-orang yang dirahmati Allah
dan mendapatkan kenikmatan dari Allah serta orang-orang yang dilaknat
oleh Allah dan mendapatkan keburukan-keburukan-Nya seperti orang-orang kafir.
Memalui ayat ini diharapkan agar mengetuk pintu hari manusia agar menjadi
oaring yang baik, tidak menjadi orang yang buruk.
Ibnu
Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman Allah öNÎgøn=tã MôJyè÷Rr& tûïÏ%©!$# ÞºuÅÀ (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;), ia berkata “maksud dari adalah jalan mereka yang telah
engkau beri nikmat kepadanya dari kalangan malaikat, para nabi, para shiddiqin.
Para syuhada, orang-orang salih, dan orang-orang yang menanti-Mu dan
menyembah-Mu”. Namun ada juga yang mengartikannya adalah para nabi. Sedangkan OÎgøn=tæ ÅUqàÒøóyJø9$# $#öxî (bukan jalan merek yang dimukai)
menurut Abd bin Humaid, ia berkata; yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah
orang-orang Yahudi. Sedangakan kataxûüÏj9!$Ò9 wur yang dimaksud adalah orang-orang Nasrani.
Ibnu
Al-Anbari meriwayatkan dari Al-Hassan, bahwa ia membaca ‘alaihimi dengan
mengkasrohkan huruf ha’ dan mim, serta menetapkan huruf ya.
Diriwayatnya yang lain dari Al A’raj, bahwa ia membaca ‘alaihumu, dengan
meng-kasroh-kan huruf ha’ meng-dhammah-kan
huruf mim, serta menyertakan huruf wawu. Sedangan riwayatnya dari
Abu Ishaq membacanya dengan men-dhamah-kan huruf ha’ dan mim,
tanpa menyertakan huruf wawu.(‘alaihumu).[8]
Ayat terakhir surat alfatihah ini juaga
menjadi dalil bahwa manusia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu;
a. Kelompok manusia yang diberi nikamt oleh
Allah, sehingga mereka mendapatkan petunjuk kearah yang kebeneran, baik secara
ilmu amaupun amal.
b. Kelompok manusia yang dimurkai Allah.
Mereka mendapat petunjuk berupa ilmu pengetahuan tetapi mereka tidak mau
mengamalkannya, bahkan menolaknya.
c. Kelompok manusia yang sesat. Mereka tidak
mendapatkan petunjuk kerah kebenaran, baik secara ilmu maupun amal, sehingga
mereka beribadah kepada Allah tanpa ilmu.
III.
SIMPULAN
1. Kedudukan Surat al-Fatihah dalam al-Qur’an
2. Ajaran Keimana dalam Surat al-Fatihah
3. Ajaran Ibadah dalam Surat al-Fatihah
4. Ajaran Hukum Agama (syariat) dalam Surat al-Fatihah
5. Ajaran Kisah dalam Surat al-Fatihah
[1] M.Quraish Shihab, Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surat
Al-Qur’an,(Ciputat: lentera Hati, 2012), hlm.3-4
[2] ‘Aidh
al-Qarni/At-Tafsiru Muyassar
penerjemah tim Qisthi Press, (Jakarta Timur; Qisthi Press, 2008) Hlm. 7
[3] Sayyid Quthub Fi Zhillalil-Qur’an (Jakarta
; Gema Insani,2000)
[4] Abu Zahwa, Tafsir
Surat Al-Fatihah Menurut 10 Ulama Besar Dunia (Jakarta;Pustaka Azzam, 2010)
Hlm. 525-526
[7] Abu Zahwa, Tafsir
Surat Al-Fatihah Menurut 10 Ulama Besar Dunia (Jakarta;Pustaka Azzam, 2010)
Hlm. 662
[8]Abu Zahwa, Tafsir Surat Al-Fatihah Menurut
10 Ulama Besar Dunia (Jakarta;Pustaka Azzam, 2010) Hlm. 717
Tidak ada komentar:
Posting Komentar