SEJARAH MUTU dan GERAKAN MUTU DALAM PENDIDIKAN
Disusun guna memenuhi tugas
Mtata Kuliah : Manajemen MutuTerpadu Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs.H. Sholeh Kaelani, M,Pd

Disusun Oleh :
Siti Rofiah (133311018)
Nurul Qomariyah (133311026)
Bidayatul Hidayah (133311033)
Irrodatus Salamah (133311035)
Durrotun Nafisah (133311036)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SEMARANG
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Diera
kontenporer dunia pendidikan dikejutkan dengan
adanya model pengelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan
model ini menggadaikan adanya upaya pihak pengelo lain stitusi pendidikan untuk meningkatkan
mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam
pendidikan ini lebih popular dengan sebutan istilah Total Quality
Education (TQE).Dasar dari manajemen ini dikembangkan darikonsep Total Quality
Manajemen,yang padamulanya diterapkan pada dunia bisnis kemudian diterapkan dalam
dunia pendidikan.
Secara operasional, mutu
ditentukan oleh dua faktor. Yang pertama adalah terpenuhinya spesifikasi yang
telah ditentukan sebelumnya (quality in
fact) berupa profil lulusan institusi pendidikan yang sesuai dengan
kualifikasi tujuan pendidikan. Yang kedua adalah terpenuhinya spesifikasi yang
diharapkan menurut tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa (quality in perception), ini adalah kepuasan dan bertambahnya minat
pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan.
Untuk mengaplikasikan TQM ke
dalam dunia pendidikan dibutuhkan suatu proses adaptasi yang tinggi dimana ada
beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu
konsep perbaikan secara terus-menerus (continuous
improvement), menentukan standar mutu (quality
assurance), perubahan kultur (change
of culture), perubahan organisasi (upside-down
organization), dan mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the customer). Untuk
keberhasilan penerapan Manajemen Mutu Terpadu tersebut diperlukan komitmen dan
kerjasama yang baik antara departemen terkait, pusat dan daerah, serta
institusi pendidikan. Juga perlu ada kejelasan sistematik dalam memberikan kewenangan antar institusi terkait,
sehingga diharapkan terjadi perubahan yang cukup efektif bagi pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan nasional.
B. Tujuan Pembelajaran
1.
Untukmemahamipengertianmutu.
2.
Untukmengetahuisejarahmutu
pendidikan.
3.
Untukmengetahuiapakah
yang dimaksud dengan gerakan mutu.
4.
Untukmengetahuiasalmuasal
gerakan mutu.
5.
Untukmengetahuidanmemahamibagaimanakonstribusi
Deming, Shewhart, Juran terhadap pendidikan.
6.
Untukmemahamigerakanmututerhadappedidikan.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apapengertianmutu ?
B.
Bagaimanasejarahmutupendidikan
?
C.
Apa pengertian gerakan mutu ?
D.
Bagaimana asal muasal gerakan mutu ?
E.
Bagaimana konstribusi Deming, Shewhart, Juran
terhadap pendidian ?
F.
Bagaimana gerakan mutu dalam pendidikan ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Mutu
Mutu menurut Juran ialah kecocokan penggunaan produk
(fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Menurut
Deming ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.[1]
Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda
utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun
demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang
penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai hal yang membingungkan dan sulit
untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu
dalam pandangan orang lain, sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak
memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang
baik.
Kita memang bisa mengetahui mutu ketika kita
mengalaminya, tapi kita tetap merasa kesulitan ketia kita mencoba mendeskripsikan
dan menjelaskan satu hal yang bisa kita yakini adalah mutu merupakan suatu hal
yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya. Bertolak dengan keyakinan
tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal yang membedakan antara
kesuksesan dan kegagalan. Sehingga, mutu jelas sekali merupakan masalah pokok
yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status ditengah-tengah
persaingan dunia pendidikan yang kian keras.
Menemukan sumber mutu adalah sebuah
petualangan yang penting. Pelaku-pelaku dunia pendidikan menyadari keharusan
mereka untuk meraih mutu tersebut dan menyampaikannya pada pelajaran dan anak
didik. Sesungguhnya, ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus,
guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan,
spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal,
sumber daya yang melimpah, kepemimpian yang baik dan efektif, kurikulum yang
memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Meraih mutu melibatkan keharusan melakukan
segala hal dengan baik, dan sebauh institusi yang harus mempoposikan pelanggan
secara tepat dan proporsional agar mutu tersebut bisa dicapai.[2]
Setelah dipahami definisi kualitas, harus
diketahui apa saja yang termasuk dalam dimensi kualitas. Seperti yag dikutip
oleh M.N. Nasution mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk
menganalisis karakteristi kualitas produk, yaitu sebagai berikut:
1. Kinerja atau performa (performance)
2. Features
3. Keandalan (realiability)
4. Konformitas (conformance)
5. Daya tahan (durability)
6. Kemempuan pelayanan (serviceability)
7. Estetika (aesthetics)
B.
Sejarah Mutu
Dr. W. Edward
Deming diakui sebagai “Bapak Mutu”. Dr. Deming memperoleh gelar Ph.D dalam
matematika dan fisika dari Universitas Yale. Awalnya dia berkenalan dengan
konsep dasar manajemen tradisional pada akhir tahun 1920-an, saat milik Western
Electric yang terkenal, Hawthorne di Chicago. Pengalaman ini membawanya pada
pertanyaan, “ Bagaimana cara terbaik untuk perusahaan dalam memotivasi karyawan?”
Deming menemukan sistem motivasi tradisional yang digunakan pada masa itu tidak
cocok lagi dan secara ekonomis tidak produktif. Dalam sistem tersebut,
pemberian insentif dikaitkan dengan jenis pekerjaan dengan harapan bisa
memperbesar output pekerja, yang dilanjut dengan inspeksi atas proses
kerja termasuk mencatat butir-butir kesalahan pekerjaan karyawan.
Pada tahun
1930-an, Deming bekerja sama dengan ahli statistik Bell Telephone Laboratories,
Walter A. Shewhart, mengembangkan tehnik kontrol statistik yang dapat
diterapkan dalam proses manajemen. Deming mengakui bahwa proses manajemen yang
terkontrol secara statistik membantu manajer secara sistematis menentukan saat
yang tepat untuk campur tangan, sekaligus menentukan waktu yang tepat
membiarkan proses berjalan. Selama perang dunia II Deming berkesempatan
menunujukkan kepada pemerintah bagaimana metode kontrol mutu secara statistik
Shewhart dapat diajarkan kepada para pekerja dan menjalankannya dalam praktik
di pabrik-pabrik perlengkapan perang yang sedang sibuk.
Pada akhir
perang dunia II deming meninggalkan pekerjaanya di pemerintahan dan mendirikan
perusahaan konsultan. Pada tahun 1947 mengirimnya ke Jepang untuk mempersiapkan
sensus nasional di negeri tersebut. Sementara itu, para manajer Amerika mulai
melupakan ajaran kontrol mutu yang diberikan pada jaman perang dan mereka
kembali pada gaya dan praktik manajemen tradisional sebelum perang. Bersamaan
dengan itu, Deming yang terlibat dalam metode kontrol mutu mendapatkan sambutan
hangat di Jepang. Orang jepang mengaitkan keberhasilan ekonomi mereka dengan
metodologi mutu Dr. Deming.
Filosofi Dr.
Deming cenderung menempatkan mutu dalam artian yang manusiawi. Ketika pekerja
sebuah perusahaan berkomitmen pada pekerjaan untuk dilaksanakan dengan baik dan
memiliki proses manajerial yang kuat untuk bertindak, maka mutupun akan
mengalir dengan sendirinya. Definisi mutu yang praktis adalah: sebuah derajat
variasi yang terduga standar yang digunakan dan memiliki kebergantungan pada
biaya yang rendah. Inti metodologi pendekatan manajemen mutu Deming adalah
menggunakan teknik statistik sederhana pada output program perbaikan yang
berkelanjutan. Hanya melalui verifikasi statistik manajer dapat mengetahui
bahwa dia menghadapi masalah dan mencari akar permasalahannya.
Beberapa
prinsip pokok dari Deming yang dapat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah:
a. Anggota dewan sekolah dan administrator harus menetapkan tujuan mutu
pendidikan yang akan dicapai.
b. Menekankan pada upaya pencegahan kegagalan pada siswa, bukannya mendeteksi
kegagalan setelah peristiwanya terjadi.
c. Asal diterapkan secara ketat, penggunaaan metode kontrol statistik dapat
membantu memperbaiki outcomes siswa dan administratif.
Dr. Joseph M.
Juran pun diakui sebagai salah seorang “Bapak Mutu”. Dr. Juran berlatar
pendidikan teknik dan hukum. Seperti halnya Deming, Juran adalah ahli statistik
terpandang. Juran menyebut mutu sebagai “tepat untuk pakai” dan menegaskan
bahwa dasar misi mutu sebagai sekolah adalah “mengembangkan program dan layanan
yang memenuhi kebutuhan pengguana seperti siswa dan masyarakat” lebih lanjut Juran
mengatakan bahwa “ tepat untuk dipakai” lebih tepat ditentukan oleh pemakai
bukan oleh pemberi.
Pandangan Juran
tentang mutu merefleksikan pendekatan rasional yang berdasarkan fakta terhadap
organisasi bisnis dan amanat menekankan pentingnya proses perencanaan dan
kontrol mutu. Titik fokus filosofi menajemen mutunya adalah keyakinan
organisasi terhadap produktivitas individual. Mutu dapat dijamin dengan cara
memastikan bahwa setiap individu memiliki bidang yang diperlukannya untuk
menjalankan pekerjaan dengan tepat. Dengan perangkat yang tepat para pekerja
akan membuat produk dan jasa yang secara konsistem sesuai dengan harapan
kostumer.
Seperti halnya
Deming, Juran pun mamainkan peran pentig dalam membangun kembali Jepang setelah
perang dunia II. Dia diakui jasanya oleh Jepang dalam mengembangkan kontrol
mutu di Jepang dan memfasilitasi bersahabatan Amerika Seriat dan Jepang. Upaya
Juran menemukan prinsip-prinsip dasar proses manajemen membawanya untuk
memfokuskan diri pada mutu sebagai tujuan utama
Beberapa
pandangan Juran tentang mutu adalah :
1.
Meraih mutu merupakan proses yang tidak
mngenal akhir
2.
Perbaikan mutu merupakan proses kesinambungan
buak program sekali jalan
3.
Mutu memperlukan kepimimpinan dari anggota
dewan sekolah dan administrator
4.
Pelatihan masal merupakan prasyarat mutu.
5.
Setiap orang di sekolah mesti mendapatkan
pelatihan.
Bila ajaran
Deming dan Juran sudah begitu diakrapi. Hendaknya begitu jugalah dengan
keinginan keduanya. Banyak pemikiran keduanya yang diterapkan dan di adaptasi
oleh berbagai organisasi Amerika. Inti pemikiran keduanya adalah bahwa
membangun mutu sebagai prinsip dasar bagi pendidikan sekolah, strategi dan
filosofinya sama seperti yang terbukti sudah berhasil dijalankan dalam bidang
lain.
Juran sudah
memperkirakan keberhasilan bangsa Jepang dalam sebuah pidatonya untuk
oragnisasi kontrol mutu Eropa pada tahun
1966 dia mengatakan : bangsa Jepang menonjol dalam dunia kepemimpinan mutu dan
akan menjadi pemimpi dunia dalam dua dekade medatang karena tidak ada pihak
lain yang bergerak kearah mutu dengan kecepatan yang sama dengan bangsa Jepang.[4]
C.
AsalMuasalGerakanMutu
Petualangan
mencari mutu bukan sebuah expedisi baru. Dalam dunia industri, sejak dulu
selalu ada keharusan untuk merasa yakin bahwa produk sudah sesuai dengan
spesifikasinya agar mampu memberikan kepuasan pada para pelanggan dan, tentunya,
mendatangkan keuntungan. Menjaga mutu sebuah produk akan menyebabkan pelanggan
semakin percaya terhadap produk tersebut dan, tentu saja, produsennya. Akan
tetapi, mutu menjadi isu penting bersamaan dengan kedatangan industrialisasi.
Jauh sebelumnya para pengrajin sudah menetapkan dan menjaga standar mereka
sendiri, standar dimana mereka menggantungkan reputasi dan mata pencarian
mereka. Tanggung jawab pekerjaan terhadap mutu produk yang merupakan bagian
penting dari sebuah keahlian, hilang begitu saja ketika barang-barang
diproduksi secara masal. Sehingga lahirlah difisitenaga kerja yang sangat ketat
dikembangkannya dua sistem pemeriksaan yang dikenal dengan nama quality control kontrol mutu.
Kontrol mutu
adalah proses yang menjamin bahwa hanya produk yang memenuhi spesifikasi yang
boleh keluar dari pabrik dan dilempar kepasar. Kontrol mutu bertugas mendeteksi
produk yang cacat. Difisi ini tidak serta merata menjamin bahwa para anggotanya
bertanggung jawab terhadap mutu. Disamping itu, divisi ini adalah sebuah proses
yang harus dilakukan di bawah bendera produksi massal, dan tenaga kerjanya
sangat mahal, sehingga terkadang mereka diberhentikan dan kemudian dipekerjakan
kembali. kontrol mutu dengan sendirinya akan tampak semakin tidak ekonomis.
Gagasan perbaikan
mutu dan jaminan mutu mulai dimunculkan setelah perang dunia kedua. Meskipun
demikian, perusahaan-prusahaan di Inggris dan Amerika baru tertarik pada isu
mutu di tahun 1980-an, saat mereka mempertanyakan keunggulan Jepang dalam
merebut pasar dunia. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan adalah tentang
kesuksesan orang-orang Jepang, apakah hal tersebut disebabkan oleh pengaruh
budaya nasional ataukah tehnik manajemen mereka yang baik. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula tehnik-tehnik manajemen mutu, kita
harus mulai dengan mempelajari Amerika pada akhir tahun 1920-an. [5]
D.
Konstribusi
Deming, Shewhart, danJuranterhadapgerakanMutu
Gagasan tentang jaminan mutu dan mutu terpadu
terlambat sampai di Barat, meskipun ide-ide tersebut pada mulanya dikembangkan
pada tahun 1930-an dan 1940-an oleh W.Edwards Deming. Ia adalah seorang ahli
statistik Amerika yang memiliki gelar PhD dalam bidang fisika ia dilahirkan
pada tahun 1900. Pengaruhnya sebagai teoritikus manajemen bermula di Barat,
namun justru jepang memanfaatkan keahliannya sejak 1950.
Deming mulai
memformulasikan idenya pada tahun 1930-an ketika melakukan penelitian tentang
metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosan dari proses industri.
Western Electrik juga adalah tempat kerja Josep Juran, kontributor utama lain
terhadap refolusi mutu di Jepang, yang juga orang Amerika.
Dari Western
Electrik, Deming pindah kerja di departemen pertanian Amerika. Ketika bekerja
disana, dia diperkenanlkan pada Welter Shaewhart, seorang ahli statistik dari
bell labolatories di New York. Sebelumnya Shaewhart telah mengembangkan
beberapa tehnik yang membawa proses industri menuju apa yang ia sebut dengan
kontrol statistik. Ini adalah serangkaian tehnik-tehnik yang meminimalisasi
unsur-unsur tak terduga dari proses-proses industri, sehingga industri lebih
bisa diprediksi dan lebih terkontrol. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
pemborosan biaya dan penundaan waktu. Konstribusi awal Deming adalah
mengembangkan dan meningkatkan metode-metode statistik Shewhart. Metode-metode
statistik Shewhart dan Deming sekarang dikenal sebagai statistical process control (SPC), yang dikombinasikan dengan
wawasan hubungan gerakan relasi manusia yang diasosiasikan dengan mayo dan
koleganya, yang notaben perupakan penyokong teori TQM.
Deming
mengunjungi Jepang pertama kali diakhir tahun 1940- an untuk melakukan sensus
Jepang pasca perang. Terkesan dengan kinerjanya, Japanese Union of Engineer and Scientists mengundang Deming untuk
kembali pada tahun 1950 untuk mengajarkan aplikasi control proses statistik
pada para pelaku industri di Jepang. Orang-orang Jepang berkeinginan untuk
belajar dari namgsa-bangsa industrialis lain.
Dia mengajarkan
agar Jepang memulai ayunan langkah dengan mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggan
mereka Deming menganjurkan agar mereka mendesain metode-metode produksi serta
produk mereka dengan standar tertinggi. Deming yakin dengan pendekatan tersebut
sepenuhnya dijalankan maka lebih kurang dalam lima tahun kedepan perusahaan di
Jepang akan mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin pasar Jepang menerapkan
ide-ide Deming, Josep Juran dan pakar mutu lainya yang berkunjung ke Jepang
pada waktu itu. Jepang telah mengembangkan ide-ide Juran dan Deming dalam apa
yang mereka sebut Total Qwality Control (TQC)
dan mereka mampu menjadi singa pasar dunia.
Dominasi pasar yang mereka raih tersebut sebagian besar merupakan hasil
dari perhatian mereka terhadap mutu. Penulis nasional Jepang tentang mutu,
Kauro Ishikawa, telah mendeskripsikan tentang pendekatan Jepang pada TQC
sebagai “suatu revolusi pemikiran dalam manajemen.[6]
E.
GerakanMutudalamPendidikan
Gerakan mutu
terpadu dalam pendidikan masih tergolong baru. Hanya ada sedikit literature
yang memuat referensi tentang hal ini sebelum 1980-an. Beberapa upaya
reorganisasi terhadap praktek kerja dengan konsep TQM telah dilaksanakan oleh
beberapa universitas di Amerika dan pendidikan tertinggi lainya di Inggris ada
banyak gagasan yang dihubungkan dengan mutu juga dikembangkan dengan baik oleh
institusi-institusi pendidikan tertinggi dan gagasan-gagasan mutu tersebut
terus-menerus diteliti dan diimplementasikan di sekolah-sekolah. Dalam sebuah
penelitian baru-baru ini yang dilakukan oleh Robert Kaplan dari hervard Husines
School, dia menemukan hanya sedikit pengetahuan dan penelitian tentang TQM di
program MBA dan program-program studi bisnis lainya di dua puluh universitas
terkemuka di Amerika.
Ada semacam
keengganan tradisional dalam beberapa pendidikan di Inggris untuk menerapkan
metodologi dan bahasa manajemen industri. Hal ini memungkinkan besar menjadi
penyebab jauhnya pendidikan dari visi gerakan mutu. Beberapa pelaku pendidikan
tidak suka menarik analogi antara proses pendidikan dan penciptaan
produk-produk industri. Walaupun demikian, beberapa inisiatif baru seperti
TVEI, penempatan diri dalam industri dan berkembangnya kerja sama pendidikan
dan bisnis te;ah membuat hubungan keduanya semakin dekat dan membuat
konsep-konsep industri semakin dapat diterima dalam dunia pendidikan. Dan apada
akhirnya keinginan yang terus meningkat dari pelaku pendidikan untuk
mengeksplorasi pelajaran-pelajaran dari industri.
Meningkatnya
minat dunia pendidikan juga terjadi di Inggris raya, yang bertepatan dengan
dikeluarkanya undang-undang reformasi pendidikan pada tahun 1988. Undang-undang
tersebut telah memberi penekanan pada pangawasan terhadap proses pendidikan
melalui indicator-indikator prestasi.indikator-indikator prestasi merupakan acuan yang mengarah pada efesiensi
proses indicator-indikator tersebut hanya memberikan ukuran yang belum sempurna
tentang mutu belajar, atau tentang efektifitas institusi dalam menemukan
keutuhan pelanggannya. Institusi-institusi yang menggunkan indikator-indikator prestasi telah mulai menunjukan
keseriuasannya terhadap TQM sebagai suatu nilai untuk meningkatkan standar
pelayanannya.
Peningkatan
mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperolah
kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik harus
disesuaikan dengan akuntabilitas yang baik. Institusi-institusi yang harus
mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu pada
peserta didik. Kita hidup diera kopmpetisi yang serba tidak jelas. Kita
sekarang menemukan sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan kejuruan.
Nasional Vocational Qualifications, sebelumnya merupakan sebuah sekolah
kejuruan, prernah ditawari langsung oleh para karyawan agar melakukan sebuah
percepatan perubahan dengan memperkenalkan kredit latihan. Perubahan lain
terjadi di berbagai bidang pendidian yang mencakup ekstensi pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi dibiayai untuk meningkatkan jumlah murid dengan mereduksi
biaya. Tabel-tabel dibuat untuk memberikan informasi kepada orang tua sehingga
meraka dapat melakukan perbandingan dan memiliki pilihan. Pengenalan tentang
kredit pelatihan didesain untuk memberi pelanggan kebebasan untuk memilih.
Sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi telah melakukan hal tersebut
dengan menerapkan berbagai rencana setrategis. Diregulasi pedidikan memerlukakn
setrategi-setrategi kompetitif secara jelas membedakan institusi-institusi dari
para pesaingnya. Mutu terkadang hanya menjadi satu-satunya faktor pembeda bagi
sebuah institusi. Fokus terhadao kebutuhan pelanggan, yang notabene
merupakan poin inti dari mutu, merupakan
salah satu cara paling efektif dalam menghadapi kompetisi dan bertahan
didalamnya.
Konsep TQM
telah memperoleh dukungan resmi, kurang lebih dari 16 institusi pendidikan.
Dewan Rektor dan Kepala Sekolah juga sudah mempublikasikan Teaching
Standards and Excelence in Higber Education pada tahun 1991, dengan sub
judul Developing a Culture For Quality. Dalam kesimpulan buku tersebut,
penulis menyatakan bahwa masing-masing Universitas harus mengembangkan sistem Total
Quality Managemen-nya sendidri-sendiri. Yang sanagt mengejutkan adalah
mengapa mutu dan mutu terpadu dalam pendidikan baru memperoleh pengakuan
setelah sekian lama mutu tersebut berhasil dalam industri? Meskipun demikian,
satu hal yang bisa kita yakini bersama adalah bahwa layanan mutu merupakan isu
kunci bagi seluruh sektor pendidikan pada masa dekade mendatang.[7]
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu
merupakan tugas yang paling penting. Menemukan sumber mutu adalah sebuah
petualangan yang penting. Meraih mutu melibatkan keharusan melakukan segala hal
dengan baik, dan sebauh institusi yang harus mempoposikan pelanggan secara
tepat dan proporsional agar mutu tersebut bisa dicapai.
Gagasan perbaikan
mutu dan jaminan mutu mulai dimunculkan setelah perang dunia kedua. Meskipun
demikian, perusahaan-prusahaan di Inggris dan Amerika baru tertarik pada isu
mutu di tahun 1980-an, saat mereka mempertanyakan keunggulan Jepang dalam
merebut pasar dunia.
Asal muasal
gerakan mutu dalam industri mencari mutu dari sebuah expedisi baru, menjaga
mutu sebuah produk, tanggungbjawab pekerjaan terhadap mutu produk. Sehingga
lahirlah defisi ketat, dikembangkannya dua sistem yang dikenal dengan Quality
Control.
B.
Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kepadanya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan. Semoga makalh
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
[1] Abdul Hadis
dan Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: ALFABETA. 2012. Hlm.
83-85.
[2]Edward Sallis. Total
Quality Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD. 2006. Hlm. 29-32.
[3]Sri Minarti. Manajemen
Sekolah. Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2012.
Hlm. 334-335.
[4]Jerome s.
Arcaro. Pendidikan Berbasisi Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Hlm. 6-10.
[5] Edward Salis. 34-36.
[6] Edwar Salis. 36-39.
[7] Edward Salis. 43-47.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar