Riwayat Hidupku
Nama saya
Durrotun Nafisah, saya anak pasangan dari Muhammad Kamri dan Muropiah. Saya
adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Saya lahir pada tanggal 6 novenber 1994. Saya mempunyai kakak laki-laki yang bernama
Ahmad Fauzi, jarak usia saya dengan kakak adalah 5 tahun. Saya juga mempunyai
adik perempuan yang bernama Dwi Ika Rahmawati, jarak usia saya dengan adik
adalah 11 tahun. Saya merasa beruntung karena hidup diantara mereka,
orang-orang yang luar biasa. Sewaktu saya masih kecil dan sebelum lahirnya adik
saya, saya merasakan kebahagiaan yang sangat luar biasa, waktu saya kecil saya
begitu dimanja dan disayangi oleh Ayah saya. Karena saya satu-satunya anak
perempuan pada waktu itu.
Pada waktu
kecil saya lebih dekat dengan Ayah dibanding dengan Ibu, namun kakak saya lebih
dekat dengan ibu dibandingkan dengan ayah. Betapa bahagianya masa kecil saya
dulu, yang selalu disayangi dan diperhatikan oleh Ayah. Saya adalah anggota
keluarga yang diutamakan oleh ayah dalam kasih sayang yang diberikannya,
perhatian dan kasih sayang ayah tercuri oleh saya dan terkadang ibu saya pun
merasa cemburu karena perhatian ayah yang selalu tertuju kepada saya. Setelah
saya beranjak usia 4 tahun, saya merengek dan ingin untuk masuk TK, sebenarnya
orang tua saya tidak mengizinkan saya sekolah pada usia itu karena pada umumnya
teman-teman saya berusia 5 tahun baru masuk TK.
Setelah saya
lulus dari TK, saya pun meneruskan pendidikan saya di SD Karangasem Sayung
Demak. Pada masa ini pun saya masih manja dan bergantung dengan kedua orang
tua, mulai dari makan yang masih minta disuapi oleh ibu, memakai baju sekolah,
memakai sepatu, sampai pergi ke sekolah pun masih diantar oleh ayah, padahal
jarak antara sekolah dan rumah saya tidaklah jauh. Pada waktu kelas 6 SD pun
saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena pada waktu itu lahirnya
seorang gadis yang cantik terlahir di dunia ini. Betapa bahagiaanya hati ini
mempunyai adik perempuan yang selama ini sangat saya harapkan dan yang saya
tunggu-tunggu, karena begitu bahagianya saya selalu menjaga dan merawat adik
saya ketika ia masih kecil. Disamping kebahagiaan karena memiliki adik yang
cantik, saat itu pula saya merasa mengalami penurunan kasih saying dari ayah,
perhatian dan kasih sayangnya pun mulai tertuju dan tertuang kepada adik, saya
pun mengalami pergeseran kasih sayang dari ayah. Semuanya yang menjadi pusat perhatian
dankasih sayang dari ayah hanyalah kepada adik, sehingga terkadang saya pun
merasa iri dengan adik.
Sebelum saya
lulus dari SD, saya sudah memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan di
Futuhiyyah Mranggen dan ingin pula bisa mondok disana seperti teman-teman saya
yang lain. Tapi apalah daya, Allah memiliki rencana lain. Kedua orang tua saya
tidak mengizinkan saya melanjutkan pendidikan di sekolah yang jauh letaknya
dari dari rumah saya karena biaya yang menghambat keinginan saya saat itu dan
alasan selain itu adalah karena saya masih kecil dan kedua orang tua saya pun
belum berani melepaskan saya sekolah jauh. Waktu itu saya pun merasa sedih
karena tidak bisa seperti teman-teman lainnya yang akan melanjutkan pendidikan
disana, alasan yang diberikan oleh kedua orang tua saya yang tidak mengizinkan
saya meneruskan pendidikan di Futuhiyyah Mranggen, dengan berjalannya waktu
saya mencoba bisa memahaminya dan bisa mengerti dengan alasan itu. Kedua orang
tua saya pun berkata kepada saya, saya boleh ke pondok setelah lulus dari MTS
karena sulit untuk kedua orang tua saya melepaskan saya ke pondok ketika lulus
dari SD. Dengan perkataan kedua orang tua saya seperti itu, akhirnya saya pun
dapat luluh dan mau mengikuti keinginan mereka untuk sekolah di tempat yang
letaknya tidak jauh dari rumah, saat itu pun saya benar-benar mengubur
dalam-dalam keinginan saya yang ingin ke pondok pesantren.
Setelah itu
dengan terpaksa saya melanjutkan pendidikan di MTS Darul Ulum Sayung Demak,
letaknya tidak jauh dari tempat tinggal saya. Pada saat sekolah disana saya
merasa menyesal karena sistem pembelajarannya yang kurang baik, sangat minim
sekali yang berniat belajar di sekolah itu, mungkin hanya 1-2 % yang serius
dalam belajar. Saya merasa tidak mendapatkan pelajaran apapun disana. Dalam sekolah
itu adalah yang terpenting berangkat kesekolah tanpa memperdulikan pelajaran
apa yang akan didapatkannya disana. Namun waktu pun terus berputar, tidak terasa
sudah tiga tahun tidak terasa masa-masa itu pun akan berlalu. Masa-masa yang
saya tunggu-tunggu pun telah tiba, yang ingin sekali melanjutkan sekolah dengan
mondok seperti apa yang pernah diucapkan oleh kedua orang tua saya.
Setelah saya lulus
dari MTs Darul Ulum Sayung Demak saya mempunyai rencana ingin melanjutkan sekolah
di MAN 1 maupun MAN 2 semarang, namun lagi-lagi alasannya biaya yang membuat kedua
orang tua saya tidak mengizinkan sekolah disana, kedua orang tua saya menyatakan
tidak mampu membiayai sekolah saya apabila saya sekolah dengan mondok, namun jika
saya melanjutkan sekolah disana dengan tanpa mondok, tidak adanya kendaraan
yang menjadikan saya tidak bisa melanjutkan sekolah disana. Orang tua saya meminta
supaya saya melanjutkan sekolah di Bulusari lagi, karena letaknya yang lagi-lagi
menjadi alasan dengan rumah. Waktu itu pun saya menangis dan mengalami penolakan
yang hebat terhadap keinginan saya itu. Saya ingin sekali rasanya melanjutkan
di MAN dan bisa mondok disana, namun lagi-lagi tidak mendapatkan persetujuan dari
kedua orang tua saya. Hal yang menjadi gejolak dihati saya adalah saya harus memendam
keinginan terbesar saya untuk mondok, karena keinginan saya yang ingin sekali ke
pondok, saya pun pernah berkata kepada ibu saya: “saya tidak bisa melanjutkan sekolah
tidak apa-apa ibu, yang terpenting saya dapat mondok, jika biaya yang menjadi penghambat
saya tidak bisa mondok, saya rela untuk tidak melanjutkan pendidikan saya”. Namun
ibu menolak keinginan saya yang hanya ingin mondok saja tanpa melanjutkan pendidikan,
karena menurut ibu di zaman yang maju seperti ini saying apabila tidak bisa melanjutkan
pendidikan. Ibupun mencoba membujuk saya supaya saya mau melanjutkan sekolah tanpa
mondok, berat bagi saya pada waktu itu mengikuti keinginan dari kedua orang tua
saya. Namun saya pun berpikir berulang-ulang kali hingga akhirnya saya pun
mencoba menerima keputusan dari kedua orang tua saya, satuhal yang membuat saya
waktu itu berat untuk menerimanya, karena kedua orang tua saya pernah berkata setelah
saya lulus dari MTs diizinkan sekolah dengan mondok, namun mengapa mereka tidak
menepati perkataan yang pernah mereka ucapkan sendiri, ingin rasanya waktu itu saya
menangis dan ingin mengeluarkan semua perkataan yang pernah mereka ucapkan kepada
saya, namun inilah saya, yang tidak pernah berani mengungkapkan isi hati kepada
mereka, saya merasa takut apabila ingin mengungkapkan semua isi hati saya.
Saya mencoba menerimanya
dan mengikuti keinginan ibu, namun saya pun masih menyimpan keinginan yang
besar untuk mondok. Akhirnya dengan terpaksa saya melanjutkan pendidikan di MA
Darul Ulum Sayung Demak lagi, sistem pembelajarannya pun tidak jauh berbeda dengan
pembelajaran pada waktu di MTs, tidak ada keseriusan dalam pembelajaran, dalam lingkungannya
pun tidak ada yang serius dalam mencari ilmu. Disamping itu, pihak orang tua
pun tidak pernah menanyakan tentang sekolah saya dan tidak pernah membimbing saya dalam belajar, mereka tidak pernah menanyakan
bagaimana pelajaran saya di sekolah. Sampai tiga tahun pun saya lalui dan sampai
akhirnya masa MA itu pun saya lalui tanpa keseriusan dalam belajar. Saya adalah
orang yang jarang bergaul dengan teman sebaya saya di kampung karena karena tidak
adanya teman seusia saya di lingkunag sekeliling saya, yang hanya hanyalah anak-anak.
Bisa dibilang kalau saya adalah orang yang tertutup dengan kedua orang tua saya
karena dari kecil pun saya tidak terbiasa bercerita dengan kedua orang tua saya.
Tidak seperti teman-teman saya yang lain yang mereka sudah terbiasa menceritakan
semua masalahnya dengan kedua orang tuanya. Jika saya mempunyai masalah,
masalah itu saya pendam sendiri dan terkadang tidak tahu ingin menceritakannya dengan
siapa, saya takut apabila saya ingin cerita dengan kedua orang tua saya. Mereka
terlihat lelah dan sibuk dengan aktifitas mereka dan asing buat saya untuk cerita
dengan kedua orang tua saya tentang masalah yang saya hadapi. Saya dulu pernah cerita
tentang permasalahan saya dengan mereka, namun reaksi mereka tidak lain lagi yaitu
selalu marah dan marah sehingga saya pun takut ketika ingin cerita kepada mereka.
Sangat menyakitkan buat saya selama ini karena selalu memendam permasalahan saya
ini, bertahun-tahun saya memendam semua perasaan seperti ini. Saya merasa hidup
saya hampa dan kesepian karena tidak adanya sesorang yang dapat berbagi kesedihan
dan tidak adanya teman curhat, saya merasa hidup sendiri, saya terasa hidup di
dalam hutan. Saya hanya terfokus dengan pekerjaan yang ada di rumah dan saya
pun sering merasakan kebosanan, bosan dengan keadaan rumah yang komunikasinya
bisa dibilang kurang baik dan terkadang pun merasa tidak perduli satu dengan
yang lainnya. Hanya gejolak batin yang saya rasakan, saya kesepian, saya butuh
teman curhat dan teman bercanda.
Setelah saya
lulus dari MA saya mondok di PP Bustanu Ussyaqil Qur’an Demak. Moment yang
selama ini saya tungu-tunggu akhirnya terlaksana juga. Namun saya tidak bertahan
lama disana, saya hanya bertahan selama satu bulan karena peraturan pondok yang
sangat-sangat ketat yang membuat saya tidak bertahan lama
disana. Saya sangat menyesal karena saya salah memilih pondok, pondok itu mempunyai
peraturan yang sangat ketat yang tidak sesuai dengan karakter saya yang tidak suka
apabila terlalu dikekang. Setelah saya meminta keluar dari pondok, saya kursus jahit
sebagai bekal saya untuk bekerja, setelah tiga bukan saya kursus jahit, saya akhirnya
kerja dan itupun tidak bertahan lama, hanya satu bulan lebih tiga minggu saya bertahan
disana. Kakak saya tidak tega melihat saya kerja, kakak saya pun ingin mendaftarkan
saya kuliah di IAIN Walisongo Semarang dan meminta saya untuk keluar dari pekerjaan
saya, akhirnya saya memutuskan keluar dari pekerjaan itu dan melanjutkan kuliah
disini. Awal masuk kuliah saya merasa minder dengan teman-teman yang lainnya,
yang pintar dan cerdas. Namun kakak, teman, dan guru saya selalu mendukung dan meyakinkan
kepada saya bahwa saya mampu seperti teman-teman yang lainnya. Dan kini saya
pun mulai percaya diri, saya pun sering mendengar teman-teman yang menyesal karena
kuliah disini, namun tidak bagi saya, bagi saya anugrah yang luar biasa yang
diberikan oleh Allah kepada saya karena menempatkan di tempat yang luar biasa ini.
Banyak sekali pelajaran dan hikmah yang dapat saya ambil ketika saya berada disini.
Disinilah salah satu tempat terindah dalam hidup saya karena berada di tempat
yang memberikan banyak pelajaran ini dan mampu mengubah sosok Nafis yang menjadi
lebih baik lagi, mulai dari sikap, pemikiran dan semangatnya dalam menjalani kehidupan
ini. Setelah saya berada disini banyak hal yang berubah dalam diri saya,
termasuk perubahan yang terjadi pada keluarga saya yang sekarang saling
menyayangi satu sama lain dan perhatian yang mulai terlihat dari semua anggota
keluarga kami, saya merasa bahagia dan senag sekali dengan kehidupan saya yang
sekarang ini, apa lagi perubahan yang terjadi pada kakak saya yang drastic
kepada sya, semakin perhatian, selalu memberikan semangat, lebih memahami
bagaimana perasaan saya, dan saying sekali dengan saya, saya baru merasakan
kasih sayang dari kakak saya ketika saya kuliah disini, dan kini sikap ibu pun
berubah yang memandang saya sekarang adalah sudah dewasa dan mau mendengarkan
cerita maupun nasehat dari saya. Dan yang terakhir ayah saya, walaupun ayah
saya kelihatannya cuek dengan saya, ternyata dibalik itu semua terdapat kasih
sayang dan perhatian dari ayah saya yang tidak ditampakkan oleh saya, walaupun
terlihat cuek dengan saya ternyata diam-diam perhatian kepada saya. Dan saya
pun senang sekali memiliki adik yang cantik, imut, dan cerewet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar