Senin, 19 Mei 2014

SUKA DUKA KEHIDUPANKU



 Riwayat Hidupku
Nama saya Durrotun Nafisah, saya anak pasangan dari Muhammad Kamri dan Muropiah. Saya adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Saya lahir pada tanggal 6 novenber 1994. Saya mempunyai kakak laki-laki yang bernama Ahmad Fauzi, jarak usia saya dengan kakak adalah 5 tahun. Saya juga mempunyai adik perempuan yang bernama Dwi Ika Rahmawati, jarak usia saya dengan adik adalah 11 tahun. Saya merasa beruntung karena hidup diantara mereka, orang-orang yang luar biasa. Sewaktu saya masih kecil dan sebelum lahirnya adik saya, saya merasakan kebahagiaan yang sangat luar biasa, waktu saya kecil saya begitu dimanja dan disayangi oleh Ayah saya. Karena saya satu-satunya anak perempuan pada waktu itu.
Pada waktu kecil saya lebih dekat dengan Ayah dibanding dengan Ibu, namun kakak saya lebih dekat dengan ibu dibandingkan dengan ayah. Betapa bahagianya masa kecil saya dulu, yang selalu disayangi dan diperhatikan oleh Ayah. Saya adalah anggota keluarga yang diutamakan oleh ayah dalam kasih sayang yang diberikannya, perhatian dan kasih sayang ayah tercuri oleh saya dan terkadang ibu saya pun merasa cemburu karena perhatian ayah yang selalu tertuju kepada saya. Setelah saya beranjak usia 4 tahun, saya merengek dan ingin untuk masuk TK, sebenarnya orang tua saya tidak mengizinkan saya sekolah pada usia itu karena pada umumnya teman-teman saya berusia 5 tahun baru masuk TK.
Setelah saya lulus dari TK, saya pun meneruskan pendidikan saya di SD Karangasem Sayung Demak. Pada masa ini pun saya masih manja dan bergantung dengan kedua orang tua, mulai dari makan yang masih minta disuapi oleh ibu, memakai baju sekolah, memakai sepatu, sampai pergi ke sekolah pun masih diantar oleh ayah, padahal jarak antara sekolah dan rumah saya tidaklah jauh. Pada waktu kelas 6 SD pun saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena pada waktu itu lahirnya seorang gadis yang cantik terlahir di dunia ini. Betapa bahagiaanya hati ini mempunyai adik perempuan yang selama ini sangat saya harapkan dan yang saya tunggu-tunggu, karena begitu bahagianya saya selalu menjaga dan merawat adik saya ketika ia masih kecil. Disamping kebahagiaan karena memiliki adik yang cantik, saat itu pula saya merasa mengalami penurunan kasih saying dari ayah, perhatian dan kasih sayangnya pun mulai tertuju dan tertuang kepada adik, saya pun mengalami pergeseran kasih sayang dari ayah. Semuanya yang menjadi pusat perhatian dankasih sayang dari ayah hanyalah kepada adik, sehingga terkadang saya pun merasa iri dengan adik.
Sebelum saya lulus dari SD, saya sudah memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan di Futuhiyyah Mranggen dan ingin pula bisa mondok disana seperti teman-teman saya yang lain. Tapi apalah daya, Allah memiliki rencana lain. Kedua orang tua saya tidak mengizinkan saya melanjutkan pendidikan di sekolah yang jauh letaknya dari dari rumah saya karena biaya yang menghambat keinginan saya saat itu dan alasan selain itu adalah karena saya masih kecil dan kedua orang tua saya pun belum berani melepaskan saya sekolah jauh. Waktu itu saya pun merasa sedih karena tidak bisa seperti teman-teman lainnya yang akan melanjutkan pendidikan disana, alasan yang diberikan oleh kedua orang tua saya yang tidak mengizinkan saya meneruskan pendidikan di Futuhiyyah Mranggen, dengan berjalannya waktu saya mencoba bisa memahaminya dan bisa mengerti dengan alasan itu. Kedua orang tua saya pun berkata kepada saya, saya boleh ke pondok setelah lulus dari MTS karena sulit untuk kedua orang tua saya melepaskan saya ke pondok ketika lulus dari SD. Dengan perkataan kedua orang tua saya seperti itu, akhirnya saya pun dapat luluh dan mau mengikuti keinginan mereka untuk sekolah di tempat yang letaknya tidak jauh dari rumah, saat itu pun saya benar-benar mengubur dalam-dalam keinginan saya yang ingin ke pondok pesantren.
Setelah itu dengan terpaksa saya melanjutkan pendidikan di MTS Darul Ulum Sayung Demak, letaknya tidak jauh dari tempat tinggal saya. Pada saat sekolah disana saya merasa menyesal karena sistem pembelajarannya yang kurang baik, sangat minim sekali yang berniat belajar di sekolah itu, mungkin hanya 1-2 % yang serius dalam belajar. Saya merasa tidak mendapatkan pelajaran apapun disana. Dalam sekolah itu adalah yang terpenting berangkat kesekolah tanpa memperdulikan pelajaran apa yang akan didapatkannya disana. Namun waktu pun terus berputar, tidak terasa sudah tiga tahun tidak terasa masa-masa itu pun akan berlalu. Masa-masa yang saya tunggu-tunggu pun telah tiba, yang ingin sekali melanjutkan sekolah dengan mondok seperti apa yang pernah diucapkan oleh kedua orang tua saya.
Setelah saya lulus dari MTs Darul Ulum Sayung Demak saya mempunyai rencana ingin melanjutkan sekolah di MAN 1 maupun MAN 2 semarang, namun lagi-lagi alasannya biaya yang membuat kedua orang tua saya tidak mengizinkan sekolah disana, kedua orang tua saya menyatakan tidak mampu membiayai sekolah saya apabila saya sekolah dengan mondok, namun jika saya melanjutkan sekolah disana dengan tanpa mondok, tidak adanya kendaraan yang menjadikan saya tidak bisa melanjutkan sekolah disana. Orang tua saya meminta supaya saya melanjutkan sekolah di Bulusari lagi, karena letaknya yang lagi-lagi menjadi alasan dengan rumah. Waktu itu pun saya menangis dan mengalami penolakan yang hebat terhadap keinginan saya itu. Saya ingin sekali rasanya melanjutkan di MAN dan bisa mondok disana, namun lagi-lagi tidak mendapatkan persetujuan dari kedua orang tua saya. Hal yang menjadi gejolak dihati saya adalah saya harus memendam keinginan terbesar saya untuk mondok, karena keinginan saya yang ingin sekali ke pondok, saya pun pernah berkata kepada ibu saya: “saya tidak bisa melanjutkan sekolah tidak apa-apa ibu, yang terpenting saya dapat mondok, jika biaya yang menjadi penghambat saya tidak bisa mondok, saya rela untuk tidak melanjutkan pendidikan saya”. Namun ibu menolak keinginan saya yang hanya ingin mondok saja tanpa melanjutkan pendidikan, karena menurut ibu di zaman yang maju seperti ini saying apabila tidak bisa melanjutkan pendidikan. Ibupun mencoba membujuk saya supaya saya mau melanjutkan sekolah tanpa mondok, berat bagi saya pada waktu itu mengikuti keinginan dari kedua orang tua saya. Namun saya pun berpikir berulang-ulang kali hingga akhirnya saya pun mencoba menerima keputusan dari kedua orang tua saya, satuhal yang membuat saya waktu itu berat untuk menerimanya, karena kedua orang tua saya pernah berkata setelah saya lulus dari MTs diizinkan sekolah dengan mondok, namun mengapa mereka tidak menepati perkataan yang pernah mereka ucapkan sendiri, ingin rasanya waktu itu saya menangis dan ingin mengeluarkan semua perkataan yang pernah mereka ucapkan kepada saya, namun inilah saya, yang tidak pernah berani mengungkapkan isi hati kepada mereka, saya merasa takut apabila ingin mengungkapkan semua isi hati saya.
Saya mencoba menerimanya dan mengikuti keinginan ibu, namun saya pun masih menyimpan keinginan yang besar untuk mondok. Akhirnya dengan terpaksa saya melanjutkan pendidikan di MA Darul Ulum Sayung Demak lagi, sistem pembelajarannya pun tidak jauh berbeda dengan pembelajaran pada waktu di MTs, tidak ada keseriusan dalam pembelajaran, dalam lingkungannya pun tidak ada yang serius dalam mencari ilmu. Disamping itu, pihak orang tua pun tidak pernah menanyakan tentang sekolah saya dan tidak pernah membimbing saya  dalam belajar, mereka tidak pernah menanyakan bagaimana pelajaran saya di sekolah. Sampai tiga tahun pun saya lalui dan sampai akhirnya masa MA itu pun saya lalui tanpa keseriusan dalam belajar. Saya adalah orang yang jarang bergaul dengan teman sebaya saya di kampung karena karena tidak adanya teman seusia saya di lingkunag sekeliling saya, yang hanya hanyalah anak-anak. Bisa dibilang kalau saya adalah orang yang tertutup dengan kedua orang tua saya karena dari kecil pun saya tidak terbiasa bercerita dengan kedua orang tua saya. Tidak seperti teman-teman saya yang lain yang mereka sudah terbiasa menceritakan semua masalahnya dengan kedua orang tuanya. Jika saya mempunyai masalah, masalah itu saya pendam sendiri dan terkadang tidak tahu ingin menceritakannya dengan siapa, saya takut apabila saya ingin cerita dengan kedua orang tua saya. Mereka terlihat lelah dan sibuk dengan aktifitas mereka dan asing buat saya untuk cerita dengan kedua orang tua saya tentang masalah yang saya hadapi. Saya dulu pernah cerita tentang permasalahan saya dengan mereka, namun reaksi mereka tidak lain lagi yaitu selalu marah dan marah sehingga saya pun takut ketika ingin cerita kepada mereka. Sangat menyakitkan buat saya selama ini karena selalu memendam permasalahan saya ini, bertahun-tahun saya memendam semua perasaan seperti ini. Saya merasa hidup saya hampa dan kesepian karena tidak adanya sesorang yang dapat berbagi kesedihan dan tidak adanya teman curhat, saya merasa hidup sendiri, saya terasa hidup di dalam hutan. Saya hanya terfokus dengan pekerjaan yang ada di rumah dan saya pun sering merasakan kebosanan, bosan dengan keadaan rumah yang komunikasinya bisa dibilang kurang baik dan terkadang pun merasa tidak perduli satu dengan yang lainnya. Hanya gejolak batin yang saya rasakan, saya kesepian, saya butuh teman curhat dan teman bercanda.
Setelah saya lulus dari MA saya mondok di PP Bustanu Ussyaqil Qur’an Demak. Moment yang selama ini saya tungu-tunggu akhirnya terlaksana juga. Namun saya tidak bertahan lama disana, saya hanya bertahan selama satu bulan karena peraturan pondok yang sangat-sangat ketat yang membuat saya tidak bertahan lama disana. Saya sangat menyesal karena saya salah memilih pondok, pondok itu mempunyai peraturan yang sangat ketat yang tidak sesuai dengan karakter saya yang tidak suka apabila terlalu dikekang. Setelah saya meminta keluar dari pondok, saya kursus jahit sebagai bekal saya untuk bekerja, setelah tiga bukan saya kursus jahit, saya akhirnya kerja dan itupun tidak bertahan lama, hanya satu bulan lebih tiga minggu saya bertahan disana. Kakak saya tidak tega melihat saya kerja, kakak saya pun ingin mendaftarkan saya kuliah di IAIN Walisongo Semarang dan meminta saya untuk keluar dari pekerjaan saya, akhirnya saya memutuskan keluar dari pekerjaan itu dan melanjutkan kuliah disini. Awal masuk kuliah saya merasa minder dengan teman-teman yang lainnya, yang pintar dan cerdas. Namun kakak, teman, dan guru saya selalu mendukung dan meyakinkan kepada saya bahwa saya mampu seperti teman-teman yang lainnya. Dan kini saya pun mulai percaya diri, saya pun sering mendengar teman-teman yang menyesal karena kuliah disini, namun tidak bagi saya, bagi saya anugrah yang luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada saya karena menempatkan di tempat yang luar biasa ini. Banyak sekali pelajaran dan hikmah yang dapat saya ambil ketika saya berada disini. Disinilah salah satu tempat terindah dalam hidup saya karena berada di tempat yang memberikan banyak pelajaran ini dan mampu mengubah sosok Nafis yang menjadi lebih baik lagi, mulai dari sikap, pemikiran dan semangatnya dalam menjalani kehidupan ini. Setelah saya berada disini banyak hal yang berubah dalam diri saya, termasuk perubahan yang terjadi pada keluarga saya yang sekarang saling menyayangi satu sama lain dan perhatian yang mulai terlihat dari semua anggota keluarga kami, saya merasa bahagia dan senag sekali dengan kehidupan saya yang sekarang ini, apa lagi perubahan yang terjadi pada kakak saya yang drastic kepada sya, semakin perhatian, selalu memberikan semangat, lebih memahami bagaimana perasaan saya, dan saying sekali dengan saya, saya baru merasakan kasih sayang dari kakak saya ketika saya kuliah disini, dan kini sikap ibu pun berubah yang memandang saya sekarang adalah sudah dewasa dan mau mendengarkan cerita maupun nasehat dari saya. Dan yang terakhir ayah saya, walaupun ayah saya kelihatannya cuek dengan saya, ternyata dibalik itu semua terdapat kasih sayang dan perhatian dari ayah saya yang tidak ditampakkan oleh saya, walaupun terlihat cuek dengan saya ternyata diam-diam perhatian kepada saya. Dan saya pun senang sekali memiliki adik yang cantik, imut, dan cerewet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar